Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono memastikan udang beku asal Indonesia bebas dari radioaktif. Hal ini diutarakan Trenggono setelah melakukan pengecekan bersama dengan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).
Dia menjelaskan KKP menggandeng Bapeten untuk mengecek dua tambak udang di sumber udang beku yang dikirim ke Amerika Serikat (AS). Dua tambak tersebut berlokasi di Lampung dan Pandeglang, Banten.
Kemudian temuan Bapeten di PT Bahari Makmur Sejati (BMS) terdeteksi adanya radioaktif, namun posisinya di cerobong. Dengan demikian dia menyimpulkan radioaktif ini berasal dari udara luar, bukan dari bahan baku.
“Di dalam pabrik BMS itu, dicerobong, didapetinnya, dan itu berarti dari udara luar. Jadi artinya bahan bakunya enggak ada masalah, tapi begitu masuk itu udara luar. (Jadi) confirm bukan bahan baku,” imbuhnya.
KKP bersama Bapeten menemukan dalam kawasan industri yang sama dengan lokasi PT BMS ada industri pengumpulan besi yang nantinya akan dilebur. Menurut dia, ditemukan adanya radioaktif dalam besi-besi tersebut.
Dengan demikian dia berharap nantinya akan ada pemisahan antara kawasan industri makanan dengan yang lain, seperti peleburan besi. Meskipun dia juga tidak menampik sulit bagi pemerintah untuk menangani permasalahan radioaktif yang mencemari melalui udara.
“Jadi yang saya bilang, itu force majeure. Kita sedang berkoordinasi dengan FDA juga, melalui badan mutu kita untuk berkomunikasi ke sana bahwa ini adalah force majeure,” tuturnya.
Pemerintah saat ini juga belum memiliki opsi untuk bisa memindahkan atau memisahkan industri berdasarkan sektornya. Namun, Trenggono memastikan akan segera menggelar rapat dengan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Lingkungan Hidup terkait hal ini.
“Karena ini kan dampaknya tentu, kalau radioaktif kan tidak hanya soal terhadap makanan, tapi terhadap lingkungan. Kalau itu lewat udara, lingkungan di arah situ kan juga harus dicek,” jelasnya.
Selain mempengaruhi industri makanan, secara umum radioaktif bisa mencemari udara dan membahayakan kesehatan masyarakat yang berada di sekitar industri. Meski begitu, hingga saat ini baik KKP maupun Bapeten masih menelusuri lebih lanjut penyebab ditemukannya radioaktif di cerobong PT BMS.
“Karena kalau industri kan harusnya tidak menghasilkan radioaktif, cuma bahannya itu, bahannya dari mana, ada kebocoran di mana, dan seterusnya gitu ya. Kita mesti cek ya, saya nggak tahu lah. Tapi yang pasti kita sedang berkoordinasi dengan (Kementerian) LH,” jelasnya.
Sebelumnya Badan Pengawas Obat dan Makanan AS atau Food and Drug Administration (FDA) mendapatkan laporan adanya udang beku impor dari kontainer BMS Foods yang terindikasi terpapar radioaktif Cesium-137 (Cs-137).
Cs-137 merupakan radioisotop cesium hasil reaksi nuklir buatan manusia yang bisa tersebar luas di lingkungan, termasuk tanah, udara, hingga makanan.