Petugas TNI dari Kodim 0313 Kampar menyemprot air untuk memadamkan kebakaran lahan gambut di Desa Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar, Riau, Rabu (10/3/2021). Petugas TNI, Manggala Agni Daops Pekanbaru beserta Masyarakat Peduli Api (MPA) Kampar terus berupaya memadamkan kebakaran yang telah menghanguskan empat hektar lahan gambut dikawasan tersebut.
REPUBLIKA.CO.ID, PEKAN BARU – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau. Risiko karhutla diperkirakan akan meningkat pada akhir Agustus 2025.
Bersama pemerintah daerah dan lembaga pemerintah lainnya, BMKG kembali menggelar Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) sejak 24 hingga 31 Agustus.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, menegaskan langkah cepat perlu diambil karena sebagian besar wilayah Riau pada tanggal 26–28 Agustus diprediksi masuk kategori bahaya tinggi hingga sangat tinggi.
“OMC menjadi salah satu instrumen paling efektif dalam mencegah karhutla semakin meluas. Dengan memanfaatkan potensi awan hujan, kita berupaya menekan risiko kebakaran sekaligus menjaga kebasahan lahan,” ujar Dwikorita dalam pernyataannya, Selasa (26/8/2025).
Data BMKG menunjukkan, puncak musim kemarau di Riau sebagian besar sudah terjadi pada Juni–Juli, sementara Indragiri Hilir baru mengalaminya pada Agustus ini. Pada sepuluh hari terakhir bulan Agustus, sebagian besar wilayah Riau masih mengalami curah hujan rendah, yakni 20–50 mm per dasarian.
Namun, intensitas hujan diperkirakan mulai meningkat pada September, dengan curah hujan menengah berkisar 50–75 mm per sepuluh hari. BMKG menegaskan meski ada peluang hujan, kondisi cuaca saat ini masih menuntut kewaspadaan.
Dalam pernyataannya BMKG mengatakan analisis dinamika atmosfer menunjukkan gelombang atmosfer Rossby Ekuator tengah aktif di Sumatera bagian utara hingga tengah, ditambah suhu muka laut yang hangat di Selat Malaka dan pesisir barat Sumatera.
Meskipun faktor-faktor ini mampu memicu pembentukan awan hujan, namun tetap perlu diwaspadai kondisi atmosfer yang lebih kering sehingga memudahkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Sementara itu, citra satelit Himawari-9 pada 24 Agustus 2025 pukul 16.00 WIB mendeteksi sebaran asap di Kalimantan Barat yang bergerak ke arah barat laut–utara, sejalan dengan angin dominan dari timur–tenggara.