Petugas menghitung uang dollar AS di tempat penukaran valuta asing.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Peneliti Research and Development Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), Taufan Dimas, mengatakan pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi oleh posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia per akhir Juli 2025 yang menurun menjadi 152 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Pada Juni 2025, cadev tercatat sebesar 152,6 miliar dolar AS.
“Sebagian disebabkan oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan intervensi BI (Bank Indonesia) di pasar valuta asing,” kata Taufan Dimas di Jakarta, Jumat (8/8/2025).
Kendati demikian, persepsi terhadap stabilitas makroekonomi Indonesia secara umum masih cukup kuat, sehingga membantu menopang nilai tukar rupiah. Komitmen BI untuk menjaga kestabilan kurs juga dinilai tetap terjaga, yang tercermin dari langkah intervensi melalui pasar spot dan instrumen Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).
Dari sentimen global, pelemahan rupiah terjadi menyusul penguatan teknikal dolar AS secara terbatas, setelah indeks dolar terkoreksi hampir 0,7 persen dalam sepekan akibat ekspektasi pelonggaran kebijakan suku bunga The Fed, menyusul pelemahan data ketenagakerjaan dan jasa AS.
“Secara keseluruhan, rupiah bergerak di kisaran Rp 16.280 hingga Rp 16.330 per dolar AS hari ini, dengan arah yang tetap dipengaruhi oleh dinamika eksternal, terutama perkembangan ekspektasi kebijakan The Fed dan aliran dana global,” ujarnya.
Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari Jumat di Jakarta melemah 6 poin atau 0,04 persen menjadi Rp 16.293 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.287 per dolar AS.
Adapun Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini justru menguat ke level Rp 16.299 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 16.312 per dolar AS.
sumber : Antara