Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia berpeluang menegaskan kembali komitmen pelestarian wastra melalui pendekatan yang lebih inklusif, inovatif, dan berorientasi masa depan. Generasi muda menempati posisi strategis dalam menggerakkan transformasi ini.
Peluang tersebut selaras dengan geliat industri kecil dan menengah (IKM) sektor fesyen yang terus menunjukkan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.
Di mana, sektor ekonomi kreatif mampu menyumbang sebesar 7,8% terhadap PDB nasional, dengan salah satu kontribusi terbesarnya berasal dari industri kreatif subsektor fesyen dan kriya.
Belum lagi, berdasarkan data BPS, hingga tahun 2022 tercatat terdapat lebih dari 958 ribu IKM fesyen, yang terdiri atas IKM tekstil sebanyak 303.485 unit, pakaian jadi sebanyak 594.912 unit, serta kulit dan alas kaki sebanyak 60.760 unit.
Ketiga subsektor tersebut secara kumulatif pula menyerap lebih dari 1,6 juta tenaga kerja, yang sebagian besar berasal dari kalangan usia produktif.
Hal itu disampaikan Staf Ahli Menteri Bidang Iklim Usaha dan Investasi Kementerian Perindustrian Doddy Rahadi dalam Talkshow Community Engagement, Jumat (1/8/2025). Kata dia, di tengah meningkatnya kesadaran global terhadap isu keberlanjutan, batik tidak hanya dipandang sebagai produk budaya. Tapi juga sebagai representasi gaya hidup yang selaras dengan nilai-nilai pelestarian lingkungan.
"Bonus demografi yang tengah kita alami membuka ruang besar bagi generasi muda untuk menjadi penggerak utama perubahan. Mereka adalah agen penting dalam mewujudkan sustainability, termasuk di sektor industri kreatif seperti batik," katanya dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (2/8/2025).
"Sebanyak 67,5 persen penduduk Indonesia yang merupakan generasi muda dan berada pada usia produktif memiliki kapasitas tinggi dalam hal kreativitas, pemanfaatan teknologi digital, serta semangat inovasi. Dalam pelestarian batik, generasi muda tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga pencipta tren dan pelaku industri yang aktif," tambahnya.
Dia mengatakan, terdapat pergeseran positif dalam cara generasi muda memaknai batik. Jika dahulu batik identik dengan pakaian formal dan kesan konservatif, kini anak muda mulai mengadopsinya sebagai bagian dari gaya kasual dan streetwear.
"Bahkan, banyak dari mereka yang melahirkan label fesyen lokal berbasis batik, menciptakan desain yang segar, serta mempromosikannya melalui platform digital dengan pendekatan visual yang menarik," ujarnya.
"Batik bukan lagi sekadar pakaian upacara. Bagi generasi muda, batik telah menjadi simbol identitas dan ekspresi budaya yang bisa dibanggakan. Ini potensi besar yang harus terus kita dukung," sambung Dody.
Foto: Dok. Kemenperin
Staf Ahli Menteri Bidang Iklim Usaha dan Investasi Kementerian Perindustrian Doddy Rahadi dalam Talkshow Community Engagement, Jumat (1/8/2025).
Kemenperin, sebutnya, terus mendorong narasi keberlanjutan dalam industri batik, termasuk dengan mempromosikan proses produksi yang ramah lingkungan, penggunaan pewarna alami, serta mendorong transparansi rantai pasok dari pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM). Edukasi kepada konsumen muda juga dilakukan melalui berbagai kampanye dan festival.
"Kita harus membangun hubungan emosional yang lebih dalam. Ini bukan hanya tugas satu pihak. Harus ada kolaborasi dari pemerintah, pelaku industri, pendidikan, media, hingga komunitas. Semuanya perlu bergerak bersama untuk menjaga batik tetap hidup dan dikenal, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di mata dunia," tuturnya.
Kegiatan seperti Gelar Batik Nusantara dan Industrial Festiva, imbu dia, wujud nyata komitmen Kemenperin membuka ruang kolaborasi antara industri, komunitas, dan generasi muda. Sekaligus menjadi sarana edukasi publik dan promosi batik Indonesia di pasar domestik maupun global.
"Melestarikan batik bukan sekadar mempertahankan kain bermotif indah. Ini tentang merawat identitas bangsa, menghormati perajin, dan bertanggung jawab terhadap bumi tempat kita berpijak. Mari terus berkolaborasi, mulai dari diri sendiri, mulai dari hari ini," katanya.
Sebagai bagian dari upaya membangun ekosistem industri fashion yang berkelanjutan, salah satu brand fesyen lokal yaitu KaIND, turut berperan melalui penerapan prinsip sustainable fashion yang mengedepankan pelestarian budaya dan ramah lingkungan.
"KaIND berangkat dari keyakinan bahwa kearifan lokal merupakan fondasi penting dalam membangun industri fashion masa depan. Melalui pendekatan yang etis, estetis, dan berdampak sosial," ujar Founder KaIND Melie Indarto dalam kesempatan yang sama.
"Kami ingin mendorong transformasi industri yang tidak hanya berdaya saing secara global, tetapi juga berpihak pada lingkungan dan komunitas," ujarnya.
Penyelenggaraan Industrial Festival 2025 berkolaborasi dengan Gelar Batik Nusantara berlangsung pada 30 Juli-3 Agustus 2025 di Pasaraya Blok M. Festival ini mengusung tagline #BATIKRIZZ yang menegaskan bahwa batik bukan sekadar warisan budaya, tetapi juga bagian dari industri kreatif masa kini yang menjunjung tinggi inovasi, digitalisasi, dan prinsip keberlanjutan.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Batik RI Diborong Warga Dunia di Osaka, Belum Seminggu Stok Habis