PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bank Mandiri berhasil menjaga rasio kredit bermasalah (NPL) hanya 1,06 persen hingga Mei 2025, lebih rendah dibanding rata-rata industri. Kualitas kredit ini ditopang pertumbuhan penyaluran ke sektor produktif dan ritel, sekaligus dukungan digitalisasi layanan keuangan.
Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri, Novita Widya Anggraini, menegaskan pentingnya kehati-hatian di tengah dinamika global. “Pertumbuhan yang sehat adalah keharusan. Kami akan terus mengedepankan prinsip kehati-hatian agar tetap tangguh menghadapi berbagai siklus ekonomi dan dinamika pasar,” tegas Novita dalam keterangan resminya, Rabu (27/8/2025).
Bank Mandiri mencatat kredit wholesale tumbuh 15,8 persen year on year (yoy), jauh di atas rata-rata industri yang hanya 8,43 persen yoy. Kredit perumahan naik 14,2 persen yoy, sementara segmen ritel naik 8,95 persen yoy.
Novita menilai langkah Bank Indonesia menurunkan BI Rate 25 basis poin menjadi 5,00 persen memberi ruang tambahan bagi dunia usaha. “Bank Indonesia telah menunjukkan arah yang strategis. Kami di Bank Mandiri siap memperkuat sinergi dengan otoritas moneter melalui pertumbuhan kredit yang sehat, terukur, dan berpihak pada kebutuhan masyarakat maupun pelaku usaha. Hal ini mencerminkan komitmen kami untuk terus mendukung perekonomian nasional,” katanya.
Untuk memperluas akses keuangan, Bank Mandiri memperkuat transformasi digital. Perseroan menghadirkan Livin’ by Mandiri untuk nasabah ritel, Kopra by Mandiri bagi segmen wholesale, serta Livin’ Merchant untuk UMKM. Upaya ini diarahkan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif.