REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syekh Said Ramadhan al-Buthy dalam The Great Episodes of Muhammad mengutip kesaksian ummul mukminin, 'Aisyah. Menurut putri Abu Bakar itu, wahyu yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah mimpi yang baik (al-ru'ya al-shalihah) ketika beliau tidur.
Sesudah bangun dari tidur itu, sosok yang berjulukan al-Amin tersebut diberikan oleh Allah rasa senang untuk melakukan perenungan atau menyendiri (tahannuts). Beliau lantas memilih Gua Hira sebagai tempatnya.
Demikianlah keadaannya, Muhammad SAW senang melakukan tahannuts di sana. Sampai pada akhirnya, Malaikat Jibril turun dengan membawa awal surah al-'Alaq.
Jibril mengatakan kepada Muhammad SAW: “Bacalah!”
Beliau menjawab “Aku tidak bisa membaca.”
Kemudian, Jibril meraih dan memeluk Muhammad SAW hingga dirinya merasa payah. Setelah melepaskan pelukan, Jibril kembali mengatakan, "Bacalah!"
"Aku tidak bisa membaca," jawab al-Amin lagi.
Untuk ketiga kalinya, malaikat itu meraih dan mendekap Muhammad. Akhirnya, beliau bertanya, apa yang harus kubaca?
اِقۡرَاۡ بِاسۡمِ رَبِّكَ الَّذِىۡ خَلَقَۚ
خَلَقَ الۡاِنۡسَانَ مِنۡ عَلَقٍۚ
اِقۡرَاۡ وَرَبُّكَ الۡاَكۡرَمُۙ
الَّذِىۡ عَلَّمَ بِالۡقَلَمِۙ
عَلَّمَ الۡاِنۡسَانَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡؕ
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya."