
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menegaskan bahwa Malaysia tidak akan memilih jalan perang dalam menyelesaikan persoalan perbatasan dengan Indonesia.
Hal ini ia sampaikan setelah ia memberikan Policy Speech di kantor ASEAN Secretariat, Jakarta Selatan, Selasa (29/7) siang.
Anwar ditanya mengenai langkah menjaga perdamaian di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia, menyusul permasalahan serupa memanas antara Thailand-Kamboja pada Kamis (24/7) lalu. Ia menjawabnya dengan menceritakan diskusinya langsung dengan Presiden Prabowo Subianto mengenai hal ini.
"Masalah perbatasan dengan Malaysia dan Indonesia, saya sudah berdiskusi dengan Presiden Prabowo, ‘apa yang harus kita lakukan? Apakah kita harus berperang?’ Jadi kalau kita tidak mau melakukannya, kita harus mencari resolusi damai terhadap konflik ini, dan itu adalah sebuah pilihan," ujar Anwarnya di atas mimbar.
Ia kemudian menambahkan bahwa di parlemen Malaysia, beberapa anggota partai oposisi sempat mendesaknya bersikap keras terkait isu perbatasan di Sulawesi dan Ambalat. Namun, ia menegaskan bahwa pemerintahnya memilih jalur diplomasi.
"Karena di parlemen, ketika anggota partai oposisi Islam mulai menyerang saya soal Sulawesi dan Ambalat, mereka berkata, ‘tidak, Anda harus menyerah. Anda tidak boleh menyerah’. Anda punya pilihan, pergi berperang atau bernegosiasi. Orang yang waras harus memilih jalan negosiasi. Dan itulah yang kami lakukan," kata Anwar.
Menurutnya, proses negosiasi yang ditempuh Malaysia dan Indonesia selalu berpegang pada prinsip hukum internasional.
"Dalam proses negosiasi, tentu ada solusi win-win, ada proses memberi dan menerima, tentu saja berdasarkan aturan hukum. Lihat UNCLOS 1982, lihat kesepakatan, lihat keputusan historis, dan temukan resolusi," ujarnya.
Anwar mengakui bahwa Malaysia sebagai negara maritim memiliki sengketa perbatasan dengan banyak negara, tetapi tidak pernah menjadikan perang sebagai opsi.

"Kita tidak pergi berperang, kita punya alasan yang kuat. Jadi, fokuslah pada sisi positif. Mana area perbatasan yang bisa segera diselesaikan dan mana yang bisa ditunda penyelesaiannya. Tapi hal ini tidak boleh menjadi isu yang menciptakan perpecahan, dan seperti yang saya katakan, harus ada kewarasan untuk menghormati perbedaan ini sementara waktu dan tidak memprovokasi secara tidak perlu," kata Anwar.
Ia juga optimistis bahwa hubungan baik Indonesia-Malaysia tidak akan terganggu meski ada isu perbatasan yang belum terselesaikan selama puluhan tahun.
"Bahkan jika kita tidak bisa, dan belum menyelesaikannya dalam 60 tahun terakhir, itu tidak berdampak buruk terhadap hubungan kita. Kita berada dalam hubungan terbaik, ada tingkat saling percaya, dan semua masalah lainnya bisa diselesaikan," tegasnya.
Menurut Anwar, pendekatan damai ini sejalan dengan semangat ASEAN untuk menjaga stabilitas kawasan.
"Saya pikir inilah posisi yang harus diambil, dan saya sangat beruntung bahwa ini adalah posisi yang diambil oleh semua negara tetangga kita di ASEAN. Semoga ini juga menjadi semangat di komunitas internasional," pungkasnya.