REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Status kelaparan level tertinggi di Gaza yang ditetapkan lembaga Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) memicu gelombang kecaman terhadap Israel. Lembaga-lembaga dunia Mendesak umat manusia melakukan langkah nyata menyetop kondisi kelaparan tersebut.
“Sejarah tidak akan pernah memaafkan kita karena hanya berdiam diri saat anak-anak kurus meninggal, sementara makanan hanya tersisa beberapa mil jauhnya, namun diblokir oleh Israel,” ujar Erika Guevara Rosas, direktur senior Amnesty International.
Lembaga itu memperingatkan bahwa setiap jam berlalu tanpa tindakan internasional yang tegas, semakin banyak nyawa warga Palestina yang hilang, dan Kota Gaza semakin dekat menuju kehancuran total.
Rosas mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa deklarasi kelaparan oleh IPC adalah “dakwaan pedas atas kegagalan negara-negara dalam menekan Israel agar mengakhiri genosida di Jalur Gaza yang diduduki”. “Kelaparan ini adalah konsekuensi langsung dari kampanye kelaparan yang disengaja oleh Israel di Gaza,” katanya.
Menurutnya, hambatan yang disengaja terhadap bantuan kemanusiaan, penghancuran infrastruktur yang menopang kehidupan, dan pembunuhan langsung terhadap warga sipil adalah manifestasi jelas bagaimana Israel menciptakan kondisi di Gaza saat ini. Kondisi tersebut bakal mengakibatkan kehancuran fisik warga Palestina di Gaza sebagai bagian dari genosida yang sedang berlangsung.
Samir Elhawary, penjabat wakil direktur program darurat di UNICEF, mengatakan deklarasi kelaparan kemarin menandai “tonggak sejarah yang tragis dan menghancurkan” bagi anak-anak Palestina di Gaza.
"Dalam keadaan darurat kemanusiaan di Gaza ini, terdapat krisis kelangsungan hidup anak yang nyata. Kita melihat malnutrisi meningkat dengan sangat cepat. Dan bagi banyak – terlalu banyak – anak-anak, hal ini sudah terlambat," kata Elhawary dalam pengarahan PBB di New York dilansir Al Jazeera.
Dia mengatakan UNICEF telah memperingatkan selama berbulan-bulan bahwa kondisi di Jalur Gaza memburuk dengan cepat, sehingga mendorong anak-anak ke dalam situasi berbahaya.
“Tanda-tandanya sangat jelas: anak-anak dengan tubuh kurus, terlalu lemah untuk menangis atau makan; bayi sekarat karena kelaparan dan penyakit yang dapat dicegah, dan orang tua tiba di klinik tanpa cukup makanan untuk memberi makan anak-anak mereka,” kata Elhawary.
"Laporan hari ini menegaskan ketakutan terburuk kami, bahwa pola makan anak-anak telah menurun, nutrisi dasar tidak dapat dijangkau oleh sebagian besar orang. Konsekuensinya dapat dirasakan secara langsung, yaitu kurus, penyakit, dan dalam banyak kasus, kematian."