Jakarta, CNBC Indonesia - Anggota Komisi XII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Syarif Fasha menyarankan agar pemerintah menambah jumlah pemasangan jaringan gas bumi (jargas) untuk rumah tangga. Hal ini upaya untuk menekan penggunaan Liquefied Petroleum Gas (LPG) 3 Kilogram (kg) subsidi.
Fasha mengungkapkan, alokasi LPG pada tahun 2025 mengalami penurunan menjadi sekitar 8 juta metrik ton. Namun, di sisi lain, pemerintah menargetkan peningkatan signifikan pada jumlah sambungan jargas, dari 115 ribu sambungan menjadi 1 juta sambungan rumah tangga.
"LPG alokasi 8 juta metrik ton berarti menurun tahun ini. Nah, ini mungkin teman-teman migas semua harus menjelaskan nanti. Kenapa? Karena kami melihat di sini, jargas ini naik dari 115 ribu sambungan rumah tangga ditingkatkan menjadi 1 juta sambungan rumah tangga," katanya dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi XII DPR RI, Jakarta, Rabu (3/9/2025).
Dia menilai, peningkatan jargas seharusnya diikuti dengan penyesuaian alokasi subsidi gas 3 kg di daerah yang sudah terjangkau jaringan gas. Menurutnya, subsidi gas harus tepat sasaran dan tidak boleh menumpuk di daerah yang sudah tidak membutuhkannya.
"Jangan sampai nanti, begitu jargas-nya sudah bertambah, tetapi alokasi gas 3 kg-nya tidak mereka tarik, tidak mereka distribusikan ke kabupaten kota yang membutuhkan. Nah, ini perlu diawasi, Pak Sekjen. Karena Pak Presiden, Pak Menteri juga, penekanannya adalah bagaimana gas 3 kilonya tepat sasaran. Kalau kita melihat saat ini, tepat sasaran? Tidak. Belum tepat sasaran," tambahnya.
Saat ini, regulasi perihal distribusi LPG 3 kg dinilai masih lemah. Hal itu berimplikasi pada ketidaktepatan sasaran penerima subsidi. Dengan begitu, regulasi terkait distribusi LPG 3 kg didorong untuk diperbaiki dan memperketat pengawasan.
Di sisi lain, Wakil Ketua Komisi XII DPR RI Sugeng Suparwoto mengatakan proyeksi kebutuhan LPG 2025 bukan 8,7 juta metrik ton, melainkan sekitar 8,3 juta metrik ton. Ia juga menekankan bahwa alokasi yang tertuang dalam APBN masih belum mencukupi.
Sugeng menyarankan agar kebutuhan LPG 3 kg, dengan menyebut angka realistis yang perlu diakomodasi dalam perencanaan.
"Setidaknya sebetulnya adalah 8,5 juta metrik ton. Jadi, prognosanya bukan 8,7. 8,3 itu adalah prognosa yang kalau kita hitung, di APBN 2025 adalah 8,17. Artinya, itu kurang. Kurang lebih hampir 130 ribu ton," ujarnya dalam kesempatan yang sama.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dorong Energi Bersih, PGN Perluas Jargas di Tangerang Selatan