Telur menjadi salah satu bahan makanan yang paling sering diolah dalam berbagai jenis hidangan. Namun, tak jarang kita menemukan telur dengan cangkang yang sudah retak saat hendak memasaknya. Pertanyaan pun kemudian muncul, apakah telur dengan kondisi seperti itu masih aman dikonsumsi? Atau justru berisiko bagi kesehatan?
Mengutip Food Safety and Inspection Service (FSIS) milik Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), salah satu hal terpenting saat memilih telur adalah memastikan cangkangnya bersih, utuh, dan tidak retak. FSIS secara tegas menyarankan agar kita tidak membeli atau menggunakan telur yang memiliki retakan pada cangkangnya.
Anjuran ini tentu bukan tanpa alasan. Telur dengan cangkang yang retak ternyata jauh lebih mudah terkontaminasi oleh bakteri berbahaya, terutama Salmonella Enteritidis. Retakan sekecil apa pun bisa menjadi celah bagi bakteri tersebut untuk masuk ke dalam telur dan berisiko menyebabkan penyakit.
Yang lebih mengejutkan, telur yang cangkangnya masih utuh pun sebenarnya bisa membawa bakteri ini. Hal ini dikarenakan Salmonella dapat mengontaminasi telur sejak dalam proses pembentukan, yaitu ketika masih berada di saluran reproduksi ayam alias sebelum cangkang terbentuk.
Setelah ayam bertelur, telur juga melewati saluran yang sama dengan pembuangan kotoran, sehingga berisiko tinggi terpapar bakteri dari luar. Selain itu, bakteri ini juga bisa masuk melalui pori-pori kecil di permukaan cangkang setelah telur dikeluarkan.
WebMD melansir bahwa mengonsumsi telur yang sudah terkontaminasi dapat menyebabkan berbagai gejala keracunan makanan, seperti diare, sakit perut, muntah, dan demam. Gejala ini biasanya muncul dalam waktu 6 hingga 48 jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Tips Aman Mengonsumsi Telur
Gregory D. Weston, M.D., MS, seorang epidemiolog rumah sakit di Montefiore Medical Center sekaligus profesor madya bidang kedokteran di Albert Einstein College of Medicine, menekankan pentingnya memilih telur dengan cangkang utuh. Ia menyarankan untuk membeli telur yang disimpan dalam lemari pendingin dan menghindari karton yang berisi telur retak.
“Belilah telur yang dijual dari lemari pendingin, dan hindari karton yang berisi telur yang retak,” jelas Gregory, dikutip dari Good Housekeeping.
Selain itu, Gregory juga menambahkan bahwa telur sebaiknya disimpan di lemari es dan dikonsumsi dalam waktu tiga minggu atau sebelum tanggal kedaluwarsanya. Menyimpan telur dengan benar dapat membantu mencegah pertumbuhan bakteri dan memperpanjang kesegarannya.
Mengutip U.S. Food and Drug Administration (FDA), salah satu cara penting lain untuk mencegah risiko kontaminasi bakteri dari telur adalah dengan memasaknya hingga benar-benar matang alias sampai bagian kuning telurnya mengeras. Hal ini penting karena Salmonella bisa tetap hidup jika telur tidak dimasak dengan suhu yang cukup tinggi.
FDA juga menyarankan agar kita menghindari konsumsi makanan yang mengandung telur mentah atau setengah matang, seperti adonan kue, saus mayones rumahan, atau minuman berbahan dasar telur mentah. Untuk mencegah kontaminasi, pastikan semua hidangan berbasis telur dimasak hingga matang sempurna.
Dengan demikian, kita bisa mengetahui bahwa telur yang cangkangnya retak lebih rentan terpapar bakteri dan sebaiknya tidak dikonsumsi. Demi keamanan, hindari membeli atau menggunakan telur dengan cangkang yang rusak. Pastikan telur yang akan kamu masak masih dalam kondisi baik dan utuh agar tetap aman untuk dikonsumsi, ya.