Pemerintah Indonesia mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui metode airdrop. Rencananya pengiriman via airdrop akan dimulai pada 17 Agustus 2025 bertepatan dengan HUT ke-80 RI.
Kenapa metode tersebut yang dipilih?
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (Kemhan) Letjen TNI Tri Budi Utomo menyebut metode tersebut paling aman. Pengiriman selama 12 hari ini pun merupakan perintah langsung Presiden Prabowo Subianto.
“Tentunya ini juga bantuan yang langsung akan didistribusikan secara low-cost, low-altitude melalui metode ini yang akan dilaksanakan. Karena metode ini bisa dibilang lebih aman daripada metode yang lainnya,” ujar Tri di Lanud Halim Perdanakusuma, Jaktim, Rabu (13/8).
Meski tak menyebutkan lokasi persisnya di Gaza, ia menjelaskan akan ada 10 titik jatuh bantuan yang telah ditentukan dan disterilisasi oleh tim dari Royal Jordanian Air Force.
“Dan itu sudah dicek dan steril dan tentang keamanannya. Sehingga tidak akan seperti mungkin rekan-rekan melihat, 'oh ada yang ketiban yang di TV itu, kan'. Nah, ini tidak. Jadi mereka sudah menyiapkan titik-titik airdrop-nya dengan baik,” katanya.
Tri Budi menambahkan, bantuan yang dikirim berupa makanan, selimut hingga obat-obatan. Operasi pengiriman juga tindak lanjut usai Israel membuka akses bantuan melalui airdrop sejak 1 hingga 24 Agustus.
“Mereka sudah memberikan ruang untuk kita memberikan bantuan,” ujarnya.
Adapun bantuan akan dijatuhkan dari dua pesawat Hercules C-130J yang berangkat menuju Amman, Yordania, sebelum melakukan distribusi di Gaza. Total personel yang terlibat sebanyak 66 orang, terdiri dari TNI, perwakilan kementerian/lembaga, Baznas, dan media nasional.