
Siswa SMAN 9 Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, menggelar aksi demo di halaman sekolah pada Selasa (3/6). Persoalannya, mereka diminta menandatangani daftar penerima fasilitas seperti makan siang yang tak pernah mereka terima.
Selain itu, para siswa juga mempersoalkan sejumlah masalah lain seperti permintaan uang untuk bangun gedung dan kondisi Unit Kesehatan Sekolah (UKS).
Berikut kumparan rangkum beberapa fakta dari demo tersebut.
Siswa yang Berunjuk Rasa: Kami Enggak Pernah Dapat Makan Apa-apa
Salah seorang siswa, R, aksi ini merupakan bentuk protes mereka terhadap kebijakan sekolah tersebut.
"Kami disuruh tanda tangan daftar penerima makan siang. Tapi faktanya, dari awal tahun sampai sekarang, kami enggak pernah dapat makan apa-apa dari sekolah,” ujar R, salah satu siswa kelas XI, saat ditemui di lokasi aksi.
Aksi berlangsung tertib. Para siswa membawa spanduk bertuliskan "Tanda Tangan Ada, Snacknya Ga Ada #Duitnya ke Mana?".
Mereka juga meminta klarifikasi dari pihak sekolah mengenai ke mana sebenarnya bantuan makan siang itu disalurkan. Bantuan makan ini merupakan salah satu fasilitas dari dana bos yang diterima oleh sekolah.

Kemudian sekolah juga meminta dana sumbangan tambahan berupa sumbangan akademik. Namun para siswa protes karena merasa tidak pernah menerima apa yang dijanjikan.
Menurut sejumlah siswa, mereka baru diminta tanda tangan dalam beberapa pekan terakhir, menyusul adanya program bantuan makan siang dari pemerintah pusat yang mulai dijalankan di berbagai sekolah. Para siswa mengaku tak pernah mendapatkan makanan tersebut, baik dalam bentuk paket makanan, nasi kotak, maupun camilan.
Sementara siswa lainnya, S, juga memberi keterangan terkait demo itu.
“Katanya buat bangun gedung, tapi sampai sekarang enggak kelihatan. Orang tua saya bayar Rp 500 ribu per tahun dari 2023,” kata S.
Beberapa siswa mengaku terpaksa menggunakan uang pribadi untuk membeli obat saat ada teman yang membutuhkan bantuan.
Selain itu, katanya, para siswa juga mengeluhkan kondisi UKS (Unit Kesehatan Sekolah) yang sangat minim fasilitas. Di ruang yang seharusnya jadi tempat pertolongan pertama, tak ada kasur, tak ada kursi, bahkan obat-obatan pun kosong lebih dari dua bulan.
Pihak sekolah sudah dikonfirmasi mengenai hal ini, namun belum memberikan keterangan resminya. Saat protes berlangsung, beberapa guru terlihat mendampingi para siswa dan mencoba menenangkan situasi. Beberapa perwakilan OSIS dan komite sekolah juga turut berdialog dengan pihak sekolah di ruang tertutup.

Dikonfirmasi terpisah, Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi menyatakan akan mencari tahu soal tersebut.
"Kami akan cek dulu datanya. Kalau memang ada bantuan makan siang yang turun ke sekolah tersebut, seharusnya diterima oleh siswa. Kalau tidak, tentu harus ditelusuri penggunaannya," ujar salah satu pejabat di Disdik Kabupaten Bekasi, tanpa mau disebutkan namanya.
Para siswa berharap ada transparansi dan kejujuran dari pihak sekolah mengenai alokasi dana bantuan ini.
“Kami cuma mau kejelasan. Kalau memang ada bantuan, ya seharusnya kami yang menerima. Jangan asal tanda tangan,” ujar S salah satu siswa lainnya.
Aksi ini dibubarkan setelah pihak sekolah berjanji akan mengklarifikasi dan menyampaikan penjelasan secara resmi ke seluruh siswa dan orang tua.
Penjelasan SMAN 9 Tambun
Humas SMAN 9 Tambun Selatan, Sahri Ramadhan, akhirnya angkat bicara. Ia menegaskan bahwa tidak ada pungutan liar (pungli) di sekolah. Menurutnya, apa yang disebut sebagai sumbangan adalah hasil kesepakatan bersama antara sekolah dan komite, termasuk para wali murid.
“Yang jelas kami dan komite sudah menyepakati adanya sumbangan ini. Tapi itu sifatnya sukarela, disesuaikan dengan kemampuan wali murid. Bukan pungli,” ujar Ramadhan saat ditemui pada Rabu (4/6).

Ia juga menyebut bahwa dana tersebut digunakan untuk menopang kebutuhan sekolah, termasuk memperbaiki beberapa fasilitas yang saat ini belum rampung.
“Kita masih harus memperbaiki bangunan di beberapa titik. Pembangunan lapangan olahraga juga belum selesai karena keterbatasan dana,” lanjutnya.
"Kepala sekolah kebetulan berhalangan dan semua pertanyaan dapat ditanyakan pada saya bagian humas, saya pikir sudah mewakili," terang Ramadhan.
Sementara itu, Kepala Sekolah, Kurniawati, hingga saat ini belum memberikan pernyataan resmi dan memilih tidak berbicara kepada media.