
Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk negara-negara berkembang di Asia dan Pasifik tahun 2025 dan 2026. Penurunan ini didorong oleh ekspektasi penurunan ekspor di tengah tarif Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dan ketidakpastian perdagangan global, serta melemahnya permintaan domestik.
ADB memperkirakan ekonomi kawasan ini akan tumbuh sebesar 4,7 persen pada 2025, turun 0,2 poin persentase dari proyeksi yang dikeluarkan pada bulan April. Proyeksi untuk tahun depan diturunkan menjadi 4,6 persen, dari target semula 4,7 persen.
Prospek untuk negara-negara berkembang di Asia dan Pasifik dapat semakin terhambat oleh eskalasi tarif AS dan ketegangan perdagangan. Risiko lainnya termasuk konflik dan ketegangan geopolitik yang dapat mengganggu rantai pasokan global dan menaikkan harga energi, serta memburuknya pasar properti China.
“Asia dan Pasifik telah menghadapi lingkungan eksternal yang semakin menantang tahun ini. Namun, prospek ekonomi telah melemah di tengah meningkatnya risiko dan ketidakpastian global,” ujar Kepala Ekonom ADB, Albert Park, melalui keterangan tertulis, Rabu (23/7).
“Perekonomian di kawasan ini harus terus memperkuat fundamentalnya dan mendorong perdagangan terbuka serta integrasi regional untuk mendukung investasi, lapangan kerja, dan pertumbuhan,” tambahnya

Proyeksi pertumbuhan China, ekonomi terbesar di kawasan ini, dipertahankan pada 4,7 persen tahun ini dan 4,3 persen tahun depan. Stimulus kebijakan untuk konsumsi dan aktivitas industri diperkirakan akan mengimbangi pelemahan pasar properti yang berkelanjutan dan melemahnya ekspor.
India, ekonomi terbesar kedua di kawasan ini, diperkirakan tumbuh sebesar 6,5 persen tahun ini dan 6,7 persen tahun depan atau masing-masing turun 0,2 dan 0,1 persentase dari proyeksi April, Penurunan itu karena ketidakpastian perdagangan dan tarif AS yang lebih tinggi memengaruhi ekspor dan investasi.
Perekonomian di Asia Tenggara kemungkinan akan paling terpukul oleh memburuknya kondisi perdagangan dan ketidakpastian. ADB kini memprediksi perekonomian subkawasan ini akan tumbuh 4,2 persen tahun ini dan 4,3 persen tahun depan, turun sekitar setengah poin persentase dari proyeksi April untuk masing-masing tahun.
Perekonomian di Kaukasus dan Asia Tengah menentang tren penurunan ini. Proyeksi pertumbuhan subwilayah ini telah dinaikkan sebesar 0,1 poin persentase untuk tahun ini dan tahun depan menjadi masing-masing 5,5 persen dan 5,1 persen, yang sebagian besar mencerminkan antisipasi peningkatan produksi minyak.
Inflasi di negara-negara berkembang Asia dan Pasifik diproyeksikan akan terus melambat, di tengah meredanya harga minyak dan kuatnya hasil pertanian yang mengurangi tekanan harga pangan. ADB memperkirakan inflasi regional sebesar 2,0 persen tahun ini dan 2,1 persen tahun depan, dibandingkan dengan proyeksi bulan April masing-masing sebesar 2,3 persen dan 2,2 persen.