REPUBLIKA.CO.ID, CIMAHI -- Suasana ramai terlihat di Mapolres Cimahi, Jalan Amir Machmud, Kota Cimahi, Jawa Barat, Kamis (14/8/2025). Warga menyerbu operasi pasar murah dan terjangkau. Di antaranya beras yang harganya sedang tinggi di pasaran.
Sejak pagi, masyarakat membuat dua baris antre untuk membeli sembako berupa beras, telur, terigu, gula pasir, hingga minyak goreng. Gerakan pangan murah ini menjual daging sapi yang biasanya dijual Rp110 ribu menjadi Rp70 ribu per kilogram, beras SPHP Rp55 ribu seberat 5 Kg, cabe kriting Rp 28 ribu per kilogram, cabe rawit Rp38 ribu per kilogram, minyak goreng Rp15 ribu, serta daging ayam Rp28 ribu per kilogram.
Di antaranya Tiwi (32), asal Kelurahan Leuwigajah, Kota Cimahi. Ia mengaku sengaja datang sejak pagi untuk membeli beras dan telur. Menurutnya, sembako yanh dijual Gerakan Pangan Murah Mapolres Cimahi menyuguhkan selisih harga antara Rp2-5 ribu.
"Selisih harga lebih murah. Jadi dari tadi pagi datang ke sini buat beli beras dan telur. Bagi ibu-ibu seperti saya selisih harga ini sangat membantu karena bisa dialokasikan untuk beli sembako lain," ujar Tiwi.
Selain soal harga, Tiwi datang membeli sembako di Polres Cimahi agar komoditas yang didapat terjamin kualitasnya. Lantaran, banyak beredar komoditas sembako oplosan dan tak sesuai takaran di pasaran. "Sekarang kan banyak berita beras oplosan atau minyak tak sesuai takaran. Kalau di sini kan terjamin, karena produknya dari Bulog," katanya.
Musbah, perempuan lainnya asal Leuwigajah yang datang demi membeli beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Harganya jauh lebih murah ketimbang harga beras di pasar apalagi warung dekat rumahnya.
"Beli 2 paket, isi 5 kilogram 1 paketnya harganya Rp55 ribu. Kalau di warung kan itu paling murah yang medium paling murah Rp12 ribu kadang ada yang Rp13 ribu," kata Musbah.
Ia diantar sang anak ke Mapolres Cimahi, tempat penjualan beras murah dan sejumlah sembako. Namun tujuannya tentu beras sebagai makanan pokok keluarganya sehari-hari. "Ya kalau beli 1 tanggung, soalnya lumayan jauh dari rumah kan. Ya buat makan sehari-hari, mungkin cukup buat sekitar 2 mingguan," katanya.
Sementara itu Warsitoh menyampaikan keresahannya soal marak beras oplosan. Ada yang kualitasnya tak sesuai dengan semestinya hingga harga yang jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). "Ya tadi bilang ke pak polisi juga, semoga beras-beras di pasar Cimahi ini aman dari beras oplosan. Sebagai ibu-ibu ya jelas khawatir dengan peredaran beras begitu," kata Warsitoh.
Sementara itu, Kapolres Cimahi, AKBP Niko Nurallah Adi Putra mengatakan, Gerakan Pangan Murah (GPM) kali ini bekerjasama dengan Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Koperindag), Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan), Bulog, dan sejumlah instansi terkait. Berbagai kebutuhan pokok dijual dengan harga bersaing.
"Contohnya telur yang di luar dijual Rp29.000 per kilogram, di sini hanya Rp27.500 dengan kualitas sama. Beras SPHP dari Bulog juga tersedia sebanyak 10 ton," kata Niko.
Menurut Niko, GPM terbuka bukan hanya bagi warga Kota Cimahi, tetapi juga masyarakat dari Kabupaten Bandung Barat maupun Kabupaten Bandung yang berada di wilayah Margasih. "Kegiatan ini akan berpindah lokasi, dan pada 20 Agustus mendatang kembali digelar di Polres Cimahi," katanya.
Selain menyalurkan bahan pokok murah, ia menegaskan, Polres Cimahi juga membentuk Satgas pengawasan pangan, khususnya terkait pengoplosan beras. Satgas ini melibatkan Krimsus Polda Jabar, Satreskrim, dan Tipiter Polres Cimahi. "Kami lakukan pengawasan, himbauan, dan tindakan tegas bila ditemukan pelanggaran di wilayah hukum Polres Cimahi. Saat ini masih dalam proses penyelidikan lebih lanjut," kata Niko.