REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Wakil Menteri Lingkungan Hidup menekankan pentingnya kolaborasi regional dalam menghadapi tantangan pengelolaan limbah di Indonesia.
"Target yang diberikan kepada kami dari bapak Presiden Prabowo, yaitu soal pengolahan sampah tahun 2025 ini sebanyak 50 persen dan 100 persen tahun 2029 semua sampah harus terkelola," ujar
Wakil Menteri Lingkungan Hidup, Diaz Faisal Malik Hendropriyono, Kamis (14/8/2025)
dalam pembukaan kegiatan "2nd ASEAN Recycling Summit 2025".
Kementerian Lingkungan Hidup juga berusaha maksimal mencapai target Indonesia untuk mengurangi limbah plastik hingga 50 persen pada tahun 2025 dan mengajak seluruh negara ASEAN untuk bersinergi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Menurutnya, teknologi-teknologi di sini bisa memberikan solusi kepada pemerintah daerah, kepada pengelola TPA dan kepada kita semua yang butuh solusi bagaimana mengelola sampah. Karena membuang sampah sekarang sudah tidak semudah dulu lagi.
"Harapannya kita benar-benar bisa mewujudkan pembangunan berkelanjutan dengan inovasi-inovasi yang bisa membangun dan membawa kesejahteraan rakyat," ujar Diaz Faisal.
Diaz Faisal juga menegaskan bahwa Indonesia harus segera menuntaskan pengelolaan sampah dengan inovasi teknologi yang ada di pameran ini.
"Kita harus tuntaskan permasalahan pengelolaan sampah ini, harus kita ketatkan supaya Indonesia benar-benar bersih. Karena kita harus wujudkan sebagaimana Undang-undang Pasal 28H Ayat 1, setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat,” ujarnya.
Sementara itu, Lisa Rusli selaku perwakilan dari PT Napindo Media Ashatama selaku penyelenggara pameran menjelaskan, Forum ini menjadi wadah di mana pakar ternama, para pemimpin visioner dan penggerak perubahan berpengaruh berkumpul untuk mendefinisikan kembali masa depan industri daur ulang di Asia Tenggara. Mulai dari penasihat kebijakan tingkat global hingga para inovator terdepan setiap pembicara akan berbagi wawasan untuk memperkuat komitmen kita bersama.
Lisa juga menekankan bahwa pameran tahun ini menampilkan teknologi-teknologi terdepan yang dapat diadopsi oleh negara-negara ASEAN untuk meningkatkan efisiensi sistem daur ulang dan pengelolaan limbah.
Di samping itu, asosiasi yang bergabung dalam giat ini turut mengapresiasi komitmen pemerintah dalam mendukung pengembangan industri hijau melalui berbagai kebijakan dan insentif yang mendorong investasi di sektor daur ulang.
"Forum tahun ini hadir dengan semangat yang lebih besar. Mulai dari tema, topik, dan diskusi yang diangkat akan menyentuh inti dari tantangan dan peluang yang kita hadapi saat ini, seperti inovasi teknologi, pembiayaan sirkular, hingga penguatan kemitraan lintas sektor," ungkap Christine Halim, Ketua Umum ADUPI.
Terlaksananya forum ini diharapkan dapat menjadi upaya bagi transformasi industri daur ulang di kawasan ASEAN.