Wakil Ketua Umum MUI, Marsudi Syuhud, mengungkapkan tokoh lintas agama bakal mengajak sejumlah pihak untuk berdialog menyerukan pesan perdamaian dalam pembangunan bangsa Indonesia.
Marsudi menyebut, pihak yang bakal diajak berdialog di antaranya yakni mahasiswa dan komunitas ojek online (ojol).
"Jika ternyata penting, dianggap penting untuk kita duduk bersama mahasiswa-mahasiswa yang mempunyai pikiran brilian ke depan, nanti kita adakan dialog, diskusi dengan para mahasiswa-mahasiswi," ucap Marsudi kepada wartawan, di Kantor MUI Pusat, Jakarta, Selasa (2/9).
"Dan juga stakeholder masyarakat lainnya seperti dari buruh, ojol, dan lainnya. Kita siap untuk mengadakan dialog bersama untuk membangun bangsa ini," jelas dia.
Adapun pada hari ini, Selasa (2/9), sejumlah tokoh lintas agama ikut menyampaikan pernyataan sikap menanggapi aksi unjuk rasa yang sempat memicu kerusuhan di sejumlah daerah beberapa waktu lalu.
Marsudi menyebut, pernyataan sikap itu disampaikan secara inisiatif para tokoh lintas agama dan sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap kondisi bangsa akhir-akhir ini.
"Kita sudah jalan dari kemarin. Dari terjadi, ya saya sendiri setiap hari kemarin di media, di televisi, tokoh-tokoh beliau-beliau ini menyampaikan semuanya secara inisiatif. Ini juga inisiatif kita, ayo kita kumpul-kumpul," tutur dia.
Dalam kesempatan itu, Marsudi menyatakan bahwa hak menyampaikan pendapat memang tidak melanggar ketentuan perundang-undangan dan ajaran agama. Namun, lanjut dia, penyampaian aspirasi perlu disampaikan dengan tertib.
"Ketika terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, maka harapan kami ini tokoh-tokoh ini, bahwa hak menyampaikan pendapat itu sesuai aturan dan undang-undang dan juga termasuk ajaran agama," ujar dia.
"Maka itu terus dilaksanakan, dijalankan, tapi dengan cara yang baik yang jangan sampai melakukan kerusakan-kerusakan," imbuhnya.
Sementara itu, kata dia, pemerintah selaku pembuat kebijakan hendaknya juga mampu mendengarkan kritik masyarakat dan disampaikan secara nyaman.
"Misalnya, itu akan lebih baik jika ada forum, ketika ada mahasiswa atau siapa menyampaikan pendapat, itu dibikin saja forum kemudian diterima di tempat yang enak, kemudian ada ngopi-ngopi bersama kan sambil guyonan malah enak itu," papar dia.
"Nah itu intinya dalam konteks kita mendengarkan. Maka, ketika demikian saya yakin nanti kerugian-kerugian materi dan kerugian-kerugian sosial itu akan bisa diminimalisir," kata dia.