
PRESIDEN Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan bahwa keputusan untuk menduduki seluruh wilayah Gaza sepenuhnya berada di tangan Israel. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa Washington tidak akan menghalangi rencana Tel Aviv untuk menguasai wilayah Palestina secara total.
Komentar tersebut disampaikan Trump pada Selasa waktu setempat ketika diminta tanggapan atas laporan bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah memutuskan untuk menduduki seluruh Gaza.
"Soal sisanya, saya tidak bisa bicara banyak. Itu sepenuhnya keputusan Israel," ujar Trump, dikutip Al Jazeera.
AS merupakan penyokong utama Israel, mengucurkan bantuan miliaran dolar setiap tahun. Dukungan itu tetap mengalir meski Israel diketahui memaksa warga Palestina berpindah ke zona sempit yang tersisa di Gaza, dengan menjadikan sekitar 86% wilayah tersebut sebagai zona militer.
Ancaman Nyawa Sipil dan Nasib Sandera
Rencana perluasan operasi militer ke wilayah Gaza yang belum dijangkau memicu kekhawatiran meningkatnya korban sipil Palestina, yang telah menghadapi serangan rutin dan ancaman kelaparan akibat blokade Israel.
Selain itu, upaya pendudukan total juga membahayakan keselamatan sandera Israel yang masih ditahan oleh Hamas dan kelompok bersenjata lainnya di dalam Gaza.
Peringatan PBB dan Status Gaza
Asisten Sekjen PBB, Miroslav Jenca, dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Selasa (waktu New York), memperingatkan bahwa pendudukan penuh atas Gaza akan membawa konsekuensi bencana.
"Hukum internasional sangat jelas. Gaza adalah, dan harus tetap, bagian integral dari masa depan negara Palestina," tegas Jenca.
Meski Israel menarik pasukan dan pemukimnya dari Gaza pada 2005, wilayah tersebut secara teknis tetap dalam status pendudukan karena Israel masih mengontrol udara, laut, dan perbatasan Gaza.
Sejak pecahnya perang pada 2023, faksi politik sayap kanan di Israel terus mendorong kehadiran kembali militer dan pemukiman Israel di Gaza.
Krisis Kemanusiaan dan Bantuan Terbatas
Rencana pendudukan diperkuat oleh laporan baru mengenai ekspansi operasi darat, muncul di tengah gelombang kecaman atas krisis kelaparan akut di Gaza. Sejak Maret, Israel hampir sepenuhnya memblokir bantuan kemanusiaan.
Satu-satunya titik distribusi makanan kini dikelola oleh Lembaga Kemanusiaan Gaza (GHF), bentukan Israel dan didukung AS. Namun, ratusan warga Palestina dilaporkan ditembak saat mencoba mengakses lokasi-lokasi bantuan di zona militer Israel.
Dalam beberapa hari terakhir, Israel mulai mengizinkan masuknya truk bantuan dan pengiriman udara. Namun jumlahnya masih sangat minim dan tak mampu memenuhi kebutuhan lebih dari dua juta penduduk Gaza.
Pasukan Israel juga dituding menyerang warga yang mencoba mendekati truk bantuan di luar zona GHF, terutama di Gaza utara. (Z-10)