Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi IX DPR RI, Edy Wuryanto menilai masuknya tes kejiwaan dalam proram Cek Kesehatan Gratis (CKG) bagi anak sekolah sebagai langkah maju.
Namun, menurut Edy, program ini tidak boleh berhenti hanya pada tahap skrining atau deteksi awal. Harus ada tindak lanjut berupa intervensi yang sesuai dengan kondisi anak.
"Kalau kita hanya fokus pada angka hasil skrining, tanpa memikirkan apa yang terjadi setelah itu, maka program ini akan kehilangan makna. Pemeriksaan kesehatan mental tidak cukup hanya mendeteksi, tapi harus ditindaklanjuti sesuai tingkat keparahannya," ujar Edy dalam keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com pada Jumat, 1 Agustus 2025.
Edy menyoroti keterbatasan tenaga kesehatan yang kompeten di bidang kesehatan mental, khususnya di layanan primer seperti puskesmas.
Untuk itu, Edy mendorong Kementerian Kesehatan (Kemenkes) segera memperluas pelatihan bagi perawat dan dokter umum, serta memberdayakan kader kesehatan masyarakat dalam deteksi dini.
"Tenaga kesehatan di puskesmas perlu dibekali pelatihan khusus, agar mampu menangani skrining ini secara optimal," katanya.
Masa kanak-kanak adalah masa keemasan yang harus diperhatikan agar anak memiliki rasa percaya diri dan mental yang baik.