
GUNUNG Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) dilaporkan mengalami peningkatan aktivitas dan berpotensi terjadi erupsi eksplosif, dilihat dari data kegempaan yang dirilis oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi dari tanggal 30 Agustus - 6 September 2025. PVMBG juga menaikan status gunung Lewotobi Laki-Laki dari sebelumnya Level Siaga (III) ke Level Awas (IV).
Dalam laporan PVMBG, terjadi sejumlah gempa yakni satu kali gempa Guguran, tujuh kali Gempa Hembusan, tiga kali gempa Tremor Harmonik, 131 kali Gempa Tremor Non Harmonik, 20 kali Gempa Low Frequency, 53 kali Gempa Vulkanik Dalam, tujuh kali Tektonik Lokal, dan 31 kali Gempa Tektonik Jauh.
“Kami informasikan saat ini alat kami merekam Tremor menerus yang mengindikasi ke potensi erupsi. Kami juga mengumumkan tingkat aktivitas dari Level Siaga (III) ke Level Awas (IV) terhitung mulai 6 September 2025, pukul 10.00 WITA. Masyarakat diimbau tidak beraktivitas dalam radius 6 kilometer dan sektoral 7 kilometer barat daya-timur laut,” tulis Herman Yosef Tobi, petugas Pos Pengamatan Gunung Api Lewotobi Laki-laki, melalui pesan singkatnya via WhatsApp kepada Media Indonesia, Sabtu, 6 September.
Sementara Muhammad Wifid, Kepala Badan Geologi dalam keterangan resminya mengungkapkan terjadi tremor menerus yang mengindikasikan magma mendekati ke permukaan dan berpotensi terjadi erupsi eksplosif.
Wafid menerangkan, berdasarkan data kegempaan, terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada gempa tremor harmonik dan gempa vulkanik dalam. Hal ini mengindikasikan adanya suplai magma baru di kedalaman serta migrasi magma dari zona dangkal menuju permukaan, meskipun pergerakannya relatif lambat.
Dalam rentang waktu 30 Agustus hingga 6 September, kata dia, belum terjadi erupsi. Hal ini menunjukan adanya sumbatan pada saluran magma (conduit). Kondisi ini kemudian menyebabkan suplai magma terhambat, sehingga kegempaan meningkat tanpa pelepasan energi berupa erupsi. Akumulasi tekanan ini berpotensi memicu erupsi eksplosif.
“Selain itu pada 5 September 2025 terekam gempa vulkanik dangkal yang sebenarnya jarang terjadi pada gunung api Lewotobi Laki-laki karena sistem gunung api tersebut “open system” yang mana material dari dalam dapat bergerak ke permukaan tanpa hambatan,” ucap Wafid.
Pemantauan deformasi dengan tiltmeter selama satu minggu terakhir menunjukan adanya pola inflasi atau pengembungan tubuh gunung secara perlahan. Kondisi ini perlu diwaspadai karena berpotensi memicu erupsi.
Lanjutnya data GNSS justru menunjukkan kecenderungan deflasi, yang mengindikasikan aktivitas vulkanik lebih dominan terjadi pada kedalaman dangkal.
“Kami merekomendasikan masyarakat dan wisatawan untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 6 km dan sektoral barat daya – timur laut 7 km dari pusat erupsi, serta tetap tenang dan mengikuti arahan dari pemerintah daera,” kara Wafid. (H-3)