LEBIH dari 250 diaspora Indonesia di Sydney menggelar aksi damai di Victoria Park, Sabtu, 6 September 2025. Mereka berhimpun dalam Gerakan untuk Sydney Bersuara (GUSAR), sebuah inisiatif kolektif non-partisan dan non-afiliasi yang mendorong ruang partisipasi masyarakat sipil dan pemulihan kepercayaan publik terhadap negara.
“Kami melihat kontrak sosial yang dijanjikan UUD 1945 tengah melemah. Respons pemangku kepentingan terhadap tuntutan akar rumput belum bermakna,” kata Mahesti Hasanah, salah satu fasilitator GUSAR, dalam keterangan tertulis, Sabtu.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Menurut Mahesti, privilege pejabat dan minimnya transparansi merusak legitimasi negara, sementara pendekatan keamanan justru kerap membatasi kebebasan sipil.
Ifana Tungga, diaspora asal Kupang yang kini menempuh studi di University of Sydney, juga ikut turun ke jalan. “Ketika kanal partisipasi menyempit, diaspora tidak memilih diam. Kami merawat harapan dengan bersuara; tertib, damai, dan jelas arah,” ujarnya.
Dalam aksinya, GUSAR mengampanyekan paket 17+8 tuntutan. Substansinya mencakup tiga ranah utama: pemulihan hak sipil (TNI kembali ke barak, hentikan kriminalisasi dan kekerasan, pembebasan demonstran, pembentukan tim investigasi independen), pembenahan politik dan hukum (reformasi DPR dan partai, penguatan lembaga pengawas, perampasan aset korupsi), hingga agenda ekonomi yang berkeadilan (reformasi pajak, upah layak, perlindungan pekerja, penataan proyek strategis nasional).
Tuntutan itu dipadatkan dalam tiga agenda inti kebijakan prioritas. Pertama, supremasi sipil dalam keamanan publik dengan menegaskan batas kewenangan TNI serta mendorong Polri fokus pada kamtibmas berbasis pencegahan dan de-eskalasi.
Kedua, pembaruan tata kelola partai dan DPR melalui transparansi keuangan, standar etik dan jaminan fungsi oposisi. Ketiga, perampasan dan pengelolaan aset hasil korupsi secara profesional dan transparan untuk layanan publik, selaras dengan reformasi pajak dan realokasi belanja negara ke perlindungan sosial.
GUSAR menegaskan komitmennya untuk terus memantau dan mengevaluasi kebijakan pemerintah. Mekanismenya berupa pemantauan berbasis data, pelaporan berkala, kanal partisipasi diaspora, serta advokasi non-kekerasan. “GUSAR akan terus menjadi ruang aman bagi siapa pun untuk menyampaikan pendapat, kegelisahan, dan harapan secara tertib serta menghormati martabat manusia,” demikian pernyataan resmi aliansi itu.
Mereka juga bertekad merawat solidaritas lintas komunitas diaspora internasional dan masyarakat sipil di Indonesia. “Bersama, kita memulihkan kepercayaan publik dan mengembalikan politik kepada rakyat,” tulis mereka.
Selain diaspora di Sydney, diaspora di sejumlah kota melakukan dan menyerukan tuntutan serupa. Diantaranya di New York Amerika Serikat, Berlin Jerman dan Melbourne Australia.