
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 9 Bandung mengalami peningkatan jumlah penerimaan murid baru pada tahun ajaran 2025/2026. Sekolah yang berlokasi di Jalan Suparmin No 1 A Pajajaran, Kota Bandung, setiap tahunnya biasanya menerima 396 siswa, tetapi kali ini menjadi 440 siswa.
Hal ini terjadi lantaran Keputusan Gubernur (Kepgub) bernomor 463.1/Kep.323/Disdik/2024 Tentang Petunjuk Teknis Pencegahan Anak Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Menengah di Provinsi Jawa Barat.
Dalam keputusan gubernur tersebut dijelaskan bahwa akan ada penambahan jumlah murid dalam satu kelasnya di SMA Negeri menjadi 50 orang. Penambahan jumlah murid itu disesuaikan dengan luas ruang kelas yang akan digunakan.
Humas Wakasek SMAN 9 Bandung Hamdan Kurnia mengatakan, peningkatan penerimaan siswa baru ini berdampak pada jumlah siswa di setiap kelas, menjadi 44 murid. Termasuk siswa yang diterima dari jalur Pencegahan Anak Putus Sekolah (PAPS).


Mereka adalah siswa yang berasal dari domisili yang terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), Panti asuhan, binaan lingkungan dan korban terdampak bencana. Atau dalam kata lain, mereka yang putus sekolah.
“Jumlah siswa 396 ditambah PAPS 44 orang. Jadi PAPS penambahan 4 orang setiap murid (per kelas). Sementara kelas (yang) ada (berjumlah) sebelas, “ kata Hamdan saat ditemui di lokasi, Rabu (23/7).
kumparan turut mengecek langsung ruang kelas yang digunakan para siswa kelas sepuluh untuk belajar. Ruang kelas tersebut berukuran cukup besar dan mampu menampung lebih dari 40 siswa.
Pada barisan kursi di belakang, beberapa meja dan kursi tampak berbeda sendiri. Kursi dan meja itu digunakan untuk sementara waktu akibat terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana.
Hamdan mengatakan, pihak sekolah telah berencana untuk membeli kursi dan meja baru untuk menunjang pembelajaran siswa.
“Bangku yang beberapa yang rusak-rusak, itu kan belum diperbaiki kan. Nah, kita juga kan harus ada dikondisikan, harus dibeli ini. Ya, istilahnya si peserta didik itu adalah harus bisa belajar,” ucapnya.
Kurang Efektif Dalam Pembelajaran
Penambahan jumlah murid setiap kelasnya turut berdampak kepada proses mengajar di SMAN 9 Bandung. Terutama dalam pengenalan karakter masing-masing siswa dan umpan balik selama belajar.
“Ya, kita kan melakukan apa sih ya tugas pokok si guru aja sih. Gitu kan ya. Kalau berbicara apa itu efektif atau tidak. Biasanya ya yang lebih sedikit itu lebih enak ke guru dan juga ke siswa,” ungkapnya.
“Karena apa? Pada saat KBM itu ada istilahnya ada feedback gitu. Jadi pada saat menyampaikan materi. Ada juga umpan balik (dari siswa),” lanjutnya.