Komisi IV DPR RI kembali menyoroti masih adanya stok beras lama yang menumpuk di gudang Bulog. Ketua Komisi IV DPR, Titiek Soeharto, meminta pemerintah segera mengeluarkan stok tersebut agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
“Pak, ini masih ada beras yang usianya lebih dari 1 tahun di gudang Bulog ya. Ini tolong segera dikeluarkan. Ini mengenai perputaran stok Bulog ini tolong sangat-sangat diperhatikan,” kata Titiek dalam Rapat Kerja dengan Menteri Pertanian, Kepala Bapanas, dan Direktur Utama Perum Bulog di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (21/8).
Dia menegaskan, stok lama tidak boleh dibiarkan menumpuk dan harus dikelola dengan prinsip first in, first out. Anak keempat mantan Presiden Soeharto itu meminta stok beras yang pertama segera digelontorkan.
“Toh kita harus mengeluarkan juga, kenapa harus ditahan-tahan? Jadi ini tolong dijadikan perhatian untuk manajemen daripada perputaran stok Bulog ini. Mana yang first in, first out lah, jangan yang terakhir masuk yang dikeluarkan dulu,” ujarnya.
Berdasarkan data yang dipaparkan Direktur Utama Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, total stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) saat ini mencapai 3,91 juta ton.
Dari jumlah tersebut, tercatat 194.100 ton atau sekitar 5 persen merupakan beras dengan usia simpan lebih dari 12 bulan. Adapun jika dihitung beras yang berusia di atas 6 bulan, jumlahnya mencapai 1,18 juta ton atau 30,3 persen dari total stok.
Menanggapi hal itu, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman memastikan stok CBP terus digelontorkan melalui operasi pasar. Dia bilang, stok akhir tahun nanti seluruhnya akan berupa beras baru yang segar dan berasal dari produksi dalam negeri.
“Sehingga stok di akhir tahun nanti adalah semuanya produksi dalam negeri, tidak ada beras impor, dan berasnya masih segar,” kata Amran.
Amran menambahkan, operasi pasar yang dilakukan pemerintah bersama Bulog dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) kini sudah menyalurkan rata-rata 6.000 ton beras per hari. Upaya ini diklaim mampu menekan harga beras di sejumlah daerah.
“Sekarang sudah terjadi penurunan harga, dan insyaallah ke depan stok kita siapkan ini tertinggi, beras SPHP (stabilisasi pasokan dan harga pangan), operasi pasar 1,3 juta ton (beras), yang sebelumnya tidak pernah terjadi,” ungkap dia.
Menurutnya, operasi pasar akan terus dilakukan hingga akhir 2025 untuk menguras stok lama sekaligus menjaga ketersediaan beras nasional.
Sebelumnya pada 2 Juli 2025 Titiek telah meminta stok beras impor tahun lalu segera digelontorkan. Ia menilai Bulog harus segera menyalurkan beras hasil pengadaan dari impor tahun lalu.