
Pihak SMA Negeri 28 Jakarta menyatakan kekecewaannya setelah tak satu pun siswanya diterima di Universitas Indonesia (UI) melalui jalur Prestasi dan Pemerataan Kesempatan Belajar (PPKB) tahun ini.
Padahal, dalam tahun-tahun sebelumnya, sekolah tersebut rutin meloloskan siswanya.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMAN 28, Taufik Liestyono, mengatakan pihaknya sangat terkejut dengan hasil pengumuman yang keluar pada 16 Juni lalu.
“Itu memang bikin kaget. Karena biasanya kan pasti ada, dan ini kan daftar juga semangatnya tinggi, karena kuota awal kan emang seratusan gitu kan, tau-tau nol. Sekolah lain ada juga yang telepon saya kan juga, ternyata nol juga. Setelah lihat data di Jakarta, emang sedikit juga,” ujar Taufik saat ditemui kumparan di SMAN 28, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (19/6).
Taufik menyebut, tahun lalu sekitar 24 siswa SMAN 28 diterima UI lewat PPKB. Jurusannya beragam, termasuk hukum dan manajemen.
“24 (siswa), (jurusannya) beragam. Paling kalau satu jurusan itu paling banyak dua, cuma rata sih sebenarnya, hukum juga ada, manajemen ada gitu,” jelasnya.
Ia mempertanyakan perubahan signifikan tahun ini tanpa adanya sosialisasi lebih awal dari pihak UI.
“Kalau kita lihat, memang kan kalau aturan PPKB ya itu sebenarnya memang hak prerogatif UI kan gitu, cuman kenapa tidak disosialisasikan dari awal gitu,” tegasnya.
Taufik menambahkan, pihak sekolah berencana bertemu langsung dengan pihak UI pada Selasa pekan depan untuk meminta penjelasan.
“Pokoknya ini kaget kenapa ini, apa ada yang berubah aturannya dan sebagainya, makanya kan kita juga ngajuin, mau nanya ke UI nih nanti hari Selasa depan diterima disana,” ujar Taufik.
“Jadi biar lebih jelas, karena orang tua juga bertanga-tanya itu kenapa nggak ada kan,” lanjutnya.

Penjelasan UI
Sementara itu, Plh Direktur Humas, Media, Pemerintah, dan Internasional UI, Emir Chairullah, membenarkan bahwa terdapat perubahan dalam skema seleksi PPKB tahun ini. Salah satu poin penting adalah dikuranginya porsi penilaian berdasarkan status ‘sekolah favorit’.
“Tahun ini sudah tidak ada status favorit lagi, itu semacam dihilangkan. Kenapa dihilangkan? Karena tidak fair juga, SMA 8, 28, SMA 68, SMA 70, SMA 3 Bandung juga. Jadi nanti berkutat di situ-situ saja,” kata Emir.
Menurutnya, pengurangan bobot faktor sekolah favorit dilakukan demi pemerataan kesempatan bagi siswa dari berbagai wilayah di Indonesia.
“Sementara siswa yang berprestasi itu tidak di SMA itu itu saja, apalagi itu pemerataan wilayah,” tegasnya.
Emir menjelaskan, tahun ini sebaran penerima PPKB meningkat dari 90 menjadi 143 kabupaten/kota. Sebanyak 1.602 siswa dari 581 sekolah diterima melalui jalur ini, dari total 15.462 pendaftar.
“Sejauh ini yang keterima di PPKB, jumlah sekolahnya 581 dari 143 wilayah itu. Jumlah pendaftarnya 15.462, yang diterima 1.602,” jelas Emir.
Sebagai perbandingan, tahun lalu jumlah sekolah yang lolos hanya 445 dari 90 daerah, dengan total penerima 1.859 orang dari 12.810 pendaftar.