REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi menegaskan, kritik terkait serapan tenaga kerja sebaiknya disampaikan berdasarkan data resmi, bukan semata persepsi atau perasaan.
“Kalau tidak percaya atau meragukan data, silakan kita berdebat dengan menyajikan data lain. Jadi tidak hanya pakai perasaan, tetapi ada data yang disandingkan supaya kita bisa berdiskusi,” kata Hasan di Jakarta, Kamis (14/8/2025).
Pernyataan Hasan merespons keraguan serikat buruh terhadap data penyerapan tenaga kerja yang dilaporkan Kementerian Perindustrian, yakni 303 ribu orang pada paruh pertama 2025. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor industri tumbuh sekitar 5,6 persen, sedangkan investasi meningkat 6,9 persen. Hingga Agustus 2025, investasi yang masuk telah menciptakan 1.259.000 lapangan kerja baru.
Hasan juga mengacu pada data Kementerian Investasi dan Hilirisasi yang mencatat lima sektor terbesar merealisasikan investasi pada paruh pertama tahun ini adalah industri logam dasar, transportasi dan telekomunikasi, pertambangan, perumahan, serta kawasan industri. “Kalau ada yang meragukan, silakan munculkan data lain. Jadi kita bisa berdebat data dengan data,” ujarnya.
Dalam rilis Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Juli 2025, kepercayaan industri tercatat 52,89 poin, naik 1,05 poin dari bulan sebelumnya yang sebesar 51,84 poin.
Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, tren ini mencerminkan optimisme dan ketahanan pelaku industri nasional di tengah tekanan global dan pelemahan ekonomi di sejumlah negara mitra dagang utama seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan China.
Menurut Febri, pertumbuhan manufaktur tidak hanya terlihat dari angka statistik, tetapi juga dari aktivitas nyata di lapangan. Pada semester I 2025, sebanyak 1.641 perusahaan melaporkan pembangunan fasilitas produksi baru melalui Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) dengan nilai investasi mencapai Rp 803,2 triliun.
Dampak langsung dari ekspansi industri ini adalah penyerapan tenaga kerja baru yang diperkirakan mencapai 303 ribu orang. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilaporkan kementerian lain maupun asosiasi pengusaha. Febri menegaskan, pihaknya berkomitmen menjaga momentum pertumbuhan industri pengolahan sebagai fondasi utama pertumbuhan ekonomi nasional dan penciptaan lapangan kerja berkualitas.
sumber : Antara