
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyoroti pengaruh konten asing terhadap anak-anak Indonesia. Menurutnya, hal itu membuat mereka kurang mengenal tokoh asal Indonesia.
Hal itu ia sampaikan dalam acara Penandatanganan Nota Kesepahaman Tentang Rencana Aksi Implementasi PP No. 17 Tahun 2025 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Kamis (31/7).
Dalam sambutannya, Tito mengajak anak-anak yang hadir untuk mengenali tokoh-tokoh fiktif dalam negeri. Lalu ia membandingkannya dengan tokoh luar negeri ciptaan Amerika Serikat hingga Jepang seperti Batman dan Doraemon.
"Saya mau tanya di sini ada nggak yang tahu Batman? Angkat tangan. Ada nggak yang tahu Superman? Tau. Ada nggak yang tahu Doraemon? Kalau Korea yang paling top siapa anak muda anak-anaknya? Korea, Korea. Ada kan?" tanya Tito kepada para siswa yang hadir.
Tito menyayangkan bahwa anak-anak Indonesia lebih mengenal tokoh-tokoh dari Amerika, Jepang, dan Korea ketimbang karakter asli Indonesia seperti Gundala atau Si Buta dari Goa Hantu.
Gundala adalah superhero karakter asli Indonesia yang juga sempat diangkat ke layar lebar.
"Tokoh keempat lagi yang terkenal asli Indonesia namanya Gundala ada nggak? Enggak tahu. Yang terakhir nah ini pasti tahulah yang terkenal tokoh anak-anak Indonesia yang dikenal adalah namanya si Unyil tahu nggak si Unyil? Artinya apa? Batman tahu, Superman tahu, Doraemon tahu, Gundala nggak tahu. Kita mulai dipengaruhi konten-konten dari Amerika Jepang lain-lain masuk ke pikiran kita," jelasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa Kemendagri akan menggerakkan 552 Pemerintah Daerah di seluruh Indonesia untuk melindungi anak-anak dari dampak negatif konten digital asing.
"Saya akan mengerahkan seluruh daerah 552 provinsi kabupaten/kota, ada 81 juta anak Indonesia yang nanti akan kita gerakan semua agar ada perlindungan bagi anak-anak untuk jangan sampai terkena dampak negatif konten negatif dari situs yang ada di internet-internet di luar negeri," katanya.

Menag Singgung Iblis dan Malaikat
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Agama Nasaruddin Umar juga menyampaikan pesan moral terkait penggunaan gawai oleh anak-anak. Sambil menunjuk ponselnya, ia bertanya kepada anak-anak:
"Saya ingin tanya anak-anakku semua jawab ya apakah ini iblis atau malaikat? Atau ada iblisnya ada malaikatnya?" tanya Nasaruddin kepada siswa yang hadir.
"Kalau kalian melihat teman-temannya buka iblisnya di sini, tegur dia ya. Tapi handphone ini harus dibuka malaikatnya seperti ada pembelajaran, belajar ngaji seperti kata kakak Tito tadi ya kan," imbuhnya.
Teknologi Harus Digunakan Positif
Selain itu Mendikdasmen Abdul Mu'ti yang juga hadir dalam acara itu menambahkan agar teknologi digital digunakan untuk hal positif.
"Gunakan teknologi digital itu untuk tujuan-tujuan yang baik, gunakan untuk belajar, gunakan untuk menambah ilmu pengetahuan, gunakan untuk menambah sahabat," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) Arifatul Choiriyah menyarankan agar anak-anak tak melulu bermain game digital dan lebih mengenal permainan tradisional.
"Pesan bunda hanya satu gunakan HP untuk hal-hal positif, kalau bermain, mainlah permainan tradisional. Oke? Ada yang bisa main tradisional? Apa coba contohnya congklak, galasin, egrang," katanya.