
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung melayat ke rumah duka ekonom senior sekaligus eks Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri, Kwik Kian Gie, di Rumah Duka Sentosa, Kompleks RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Rabu (30/7). Dalam perjalanannya menuju lokasi, Pramono menggunakan Transjakarta.
Dari Balai Kota, Pramono naik bus Transjakarta rute 2 (Monas–Pulogadung), lalu transit di Halte Senen untuk berputar arah. Pramono kemudian kembali naik rute 2 hingga turun di depan RSPAD.
Setibanya di rumah duka, ia disambut oleh keluarga Kwik Kian Gie dan langsung menuju ke arah peti jenazah untuk mendoakan Kwik.
Kenang Sosok Kwik Sebagai Tokoh Ekonomi Kerakyatan yang Konsisten

Pramono mengenang sosok Kwik Kian Gie sebagai tokoh yang teguh memperjuangkan prinsip ekonomi kerakyatan.
“Saya mengenal Pak Kwik sejak tahun 1997 akhir, 1998, ketika pada waktu itu di era perjuangannya PDI kemudian menjadi PDI Perjuangan. Pak Kwik adalah salah satu tokoh bangsa yang selalu konsisten dengan apa yang menjadi pilihannya,” kata Pramono.
“Pilihan utama Pak Kwik di dalam konstelasi secara keseluruhan adalah, dia benar-benar ingin ekonomi itu bersifat ekonomi kerakyatan yang secara real, bagaimana kebijakan yang diambil oleh pemerintah itu bermanfaat bagi rakyat. Jadi kalau diterjemahkan pada hari ini misalnya hal yang berkaitan dengan makan siang gratis, sekolah rakyat, itu pasti Pak Kwik setuju banget,” lanjutnya.

Menurut Pramono, semasa menjabat sebagai Menteri Ekonomi, Keuangan dan Industri di era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Kwik tetap berpegang pada prinsip kerakyatan meski negara saat itu sedang dilanda krisis.
“Nah, hanya memang eranya ketika Pak Kwik menjadi Menteri Menko Perekonomian di era Gus Dur, yang kemudian menjadi Menteri Bappenas itu, eranya kita sedang krisis. Sehingga banyak persoalan-persoalan yang ada di dalam bangsa ini,” tutur Pramono.
“Sehingga apa yang menjadi keinginan Pak Kwik tidak banyak yang bisa diwujudkan. Tetapi saya bersyukur, saya sama-sama Pak Kwik ada di DPP PDI Perjuangan pada waktu itu,” tambahnya.

Pramono menceritakan masa-masanya bersama dengan Kwik Kian Gie di PDI Perjuangan. Ia juga mengenang dinamika atau perbedaan yang dimiliki Kwik dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
“Saya menjadi Wakil Sekjen, menjadi Sekjen bersama dengan Pak Kwik sehingga saya tahu persis bagaimana Pak Kwik itu kadang kala bisa berbeda pendapat dengan Mbak Mega. Tetapi perbedaan itu kemudian malah menjadi memperkuat hubungan Mbak Mega dengan Pak Kwik,” jelas Pramono.
“Karena dua-duanya hal yang bersifat kerakyatan itu sama. Tetapi mungkin mazhabnya, cara pendekatannya mungkin ya kadang-kadang berbeda,” lanjutnya.

Ia juga menyebut Kwik sebagai pribadi yang kukuh dan konsisten dalam pandangan ekonomi.
“Ya, Pak Kwik ini adalah tokoh yang untuk urusan ekonomi nggak pernah berubah. Jadi pandangan, mazhabnya, keinginannya itu sama dan konsisten,” ucap Pramono.
“Dan memang cara pendekatan Pak Kwik itu selalu diametral. Sehingga dengan memikirkan kadang-kadang bagi orang yang tidak mengenal Pak Kwik terkaget-kaget,” sambungnya.

Pramono juga mengungkap, dua bulan lalu masih sempat berkomunikasi langsung dengan Kwik. Kwik juga sempat memberikan nasihat terkait program sosial di Jakarta.
“Dua bulan yang lalu saya masih berkomunikasi dengan Pak Kwik, baik lewat WA maupun secara langsung. Dan ada beberapa nasihat beliau ketika saya sudah menjadi gubernur, yang termasuk yang saya pikirkan,” kata Pramono.
“Ya, program-program Kartu Jakarta Pintar, Jakarta Sehat, Social Safety Net itu jangan dikurangi. Itu nasihat singkat Pak Kwik,” pungkasnya.