AKTIVIS kemanusiaan dan pembina Nusantara Palestina Center, Abdillah Onim, meminta Presiden Prabowo Subianto mengevakuasi sampai 10 ribu pengungsi Gaza untuk dirawat di Indonesia.
Pria yang disapa Bang Onim ini menuturkan, banyak korban agresi Israel membutuhkan pengobatan kritis, terutama anak-anak. Onim, yang menikah dengan warga Gaza, mengatakan agresi Israel dalam 22 bulan terakhir telah menewaskan 61.300 lebih orang. Sebanyak 12 ribu di antaranya adalah anak-anak dan 9 ribu lebih di antaranya perempuan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kalau bisa jangan 2 ribu pasien, tetapi 10 ribu pasien karena Indonesia memiliki banyak rumah sakit spesialis,” kata Onim kepada Tempo, Selasa, 12 Agustus 2025.
Onim mengatakan sudah berkomunikasi dengan rekan-rekannya di Gaza, termasuk kerabatnya yang tinggal di Gaza. Menurut dia, mereka menyambut rencana evakuasi karena banyak pasien anak-anak yang memerlukan pengobatan.
“Jadi kalau bisa jangan 2 ribu. Itu terlalu sedikit. Lebihkan lagi. Karena kalau 2 ribu pasien itu tentunya mesti ada pendampingnya satu atau dua orang dan pendampingnya ini sangat memahami situasi dari pasien tersebut, terutama di Pulau Galang ya,” ujarnya.
Onim memahami banyak pro dan kontra ihwal rencana evakuasi korban perang Gaza ke Indonesia. Namun, ia mengatakan, ada perbedaan evakuasi dan relokasi. Ia menjelaskan bahwa evakuasi dilakukan terhadap korban luka, sedangkan relokasi dilakukan terhadap warga sipil yang sehat.
“Tapi ini kan kita berbicara tentang yang dievakuasi ini adalah murni pasien korban perang,” ujar Onim.
Presiden Prabowo Subianto mengumumkan rencana evakuasi pengungsi Gaza pada 9 April 2025 sebelum kunjungan kenegaraan ke Timur Tengah. Saat itu ia mengungkapkan rencana pemerintah mengevakuasi 1.000 pengungsi Gaza ke Indonesia. Ia mengatakan evakuasi harus disetujui negara-negara Arab, terutama Otoritas Palestina.
Namun rencana evakuasi ini dikritik karena dianggap sejalan dengan agenda Amerika Serikat dan Israel. Israel dan Amerika Serikat telah lama menginginkan relokasi warga Palestina secara permanen.
Wacana ini muncul kembali pada awal Agustus 2025. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi membenarkan pemerintah akan menyiapkan Pulau Galang sebagai tempat perawatan sementara warga Gaza. Hasan Nasbi mengatakan Pulau Galang dipilih karena terpisah dari permukiman warga.
“Karena di sana dulu pernah menjadi tempat pengungsian, tapi juga pernah untuk pusat penanganan Covid waktu itu di sana. Jadi, sebenarnya kalau dalam sisi keamanan dan kenyamanan warga itu bisa manageable, sangat manageable kalau di sana,” kata Hasan saat konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis, 7 Agustus 2025.
Adinda Jasmine berkontribusi dalam penulisan artikel ini