
Kepemimpinan Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra di ujung tanduk. Mitra koalisinya mendesaknya untuk mundur setelah pembicaraan telepon dengan mantan pemimpin Kamboja yang kini jadi Presiden Senat, Hun Sen, bocor.
Thailand dan Kamboja saat ini menghadapi konflik di perbatasan. Pada 28 Mei, pasukan dari kedua negara saling baku tembak di wilayah perbatasan yang dikenal sebagai Segitiga Zamrud, menyebabkan satu prajurit Kamboja tewas dalam baku tembak.
Dalam pembicaraan telepon yang bocor itu, Paetongtarn mendiskusikan sengketa perbatasan dengan Hun Sen. Dia memanggil Hun Sen sebagai "paman" dan menyebut komandan tentara Thailand di timur laut sebagai lawannya.
Pernyataan itu kemudian memicu kemarahan dan kritik tidak hanya dari koalisi dan lawannya, tapi juga dari Angkatan Darat Kerajaan Thailand.
Dikutip dari AFP, Kamis (19/6), angkatan bersenjata Thailand memainkan peran yang kuat dalam politik kerajaan dan politisi biasanya berhati-hati untuk tidak memusuhi mereka.

Sementara itu, koalisi Paetongtarn juga di ambang kehancuran karena ketidakstabilan politik, khususnya di tengah upaya Thailand menghindari tarif perdagangan tinggi yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump.
Mitra koalisi Paetongtarn, partai Bhumjaithai yang konservatif, mengatakan apa yang dikatakan Paetongtarn dalam pembicaraan telepon dengan Hun Sen melukai martabat negara dan militer.
Sementara partai oposisi utama, Partai Rakyat, meminta agar Paetongtarn mundur dan mengadakan pemilihan umum.
"Apa yang terjadi kemarin merupakan krisis kepemimpinan yang menghancurkan kepercayaan warga," kata pemimpin partai, Natthaphong Ruengpanyawut, dalam pernyataannya.
"Warga menginginkan pemerintah yang dapat menyelesaikan masalah dan satu-satunya cara adalah memiliki pemerintahan yang sah," kata partai Palang Pracharath yang juga meminta Paetongtarn mengundurkan diri. Partai ini salah satu yang mendukung kudeta melawan bibi Paetongtarn yang juga mantan perdana menteri, Yingluck Shinawatra, pada 2014 lalu.
Partai itu juga menyatakan pembicaraan telepon yang bocor menunjukkan bahwa Paetongtarn adalah pemimpin yang lemah dan tak berpengalaman, dan tidak mampu mengelola keamanan negara.