Obituari yang Tidak Pernah Ditulis (Bagian 1)

15 hours ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Home > Budaya Tuesday, 05 Aug 2025, 16:34 WIB

Ia sedang mencoba menulis sebuah obituari, sebuah epitaf untuk seorang wartawan tua yang baru saja mengembuskan napas terakhir.

FIKSI AI

Angin malam bulan Agustus merayap dingin menembus jendela kaca kamar kos yang bercahaya remang. Hanya satu-dua lampu meja yang menyala, memecah kegelapan yang pekat, seolah enggan mengusir hantu-hantu deadline dan berita yang tak pernah usai. Aroma kopi dingin dan kertas tua yang menguning menempel di udara, menjadi saksi bisu ribuan kisah yang pernah terukir di sini.

Malam itu, di luar selimut jubah kegelapan mulai bertambah pekat, hanya diterangi oleh kerlap-kerlip bintang yang enggan menembus tirai polusi.

Di salah satu meja, di bawah sorot lampu yang redup, Roni, seorang jurnalis muda dengan rambut sedikit acak-acakan, menatap kertas di atas mesin ketik yang memancarkan cahaya pucat. Jari-jarinya melayang di atas papan mesin ketik, namun tak kunjung menari. Di hadapannya, selembar kertas kosong di hadapannya terasa seperti jurang tak berdasar.

Ia sedang mencoba menulis sebuah obituari, sebuah epitaf untuk seorang wartawan tua yang baru saja mengembuskan napas terakhir. Setiap kata yang ia ketik terasa hampa, seperti lukisan yang kehilangan warnanya. Ia merasa ada sesuatu yang hilang, sebuah kedalaman yang tak bisa dijangkau hanya dengan fakta-fakta kering. Malam ini, ia tidak ingin menjadi sekadar juru tulis, ia ingin menjadi seorang arsitek yang membangun kembali kenangan, sebuah jembatan yang menghubungkan masa lalu dan masa kini.

Ia menghela napas, matanya menerawang jauh, kembali ke masa-masa di mana ia masih seorang wartawan muda yang haus akan kebenaran. Masa-masa di mana ia masih memiliki idola, seorang wartawan tua yang dijuluki “Sang Pelita yang Enggan Padam” oleh rekan-rekannya. Lelaki itu bernama Bramudia.

Roni pertama kali mengenal Bramudi di sebuah kafe remang-remang di kawasan Selatan kota yang berbatasan sungai sebagai batas kota. Laki-laki itu duduk sendirian, dikelilingi oleh asap rokok yang mengepul, matanya yang tajam menatap ke depan, seolah sedang membaca masa depan. Roni dengan keluguannya memberanikan diri mendekat dan menyapa.

“Maaf, Pak Bram, apakah Bapak Bram dari koran Buana Bumi” tanya Roni suara sedikit terbata-bata.

Bramudia menoleh, senyum tipis terukir di bibirnya yang kering. “Ya, itu saya. Panggil saya Bramudia bukan Bram. Ada apa? Siapa nama mu anak muda?”

Image

MASPRIL ARIES

Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA

Read Entire Article