
Kontraktor keamanan AS yang menjaga lokasi distribusi bantuan di Gaza, dilaporkan menggunakan amunisi aktif hingga granat kejut terhadap warga Palestina yang tengah menunggu bantuan.
Dua kontraktor yang berbicara dengan syarat anonim kepada Associated Press mengungkapkan fakta ini mereka bocorkan karena terganggu dengan tindakan yang berbahaya dan tidak bertanggung jawab itu.
Dia mengatakan staf keamanan yang direkrut sering kali tidak memenuhi syarat, tidak diperiksa, bersenjata lengkap, dan tampaknya memiliki izin terbuka untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan.
Mereka mengatakan, rekan-rekannya sering melemparkan granat kejut dan menyemprot semprotan merica ke arah penduduk Palestina. Seorang kontraktor mengatakan peluru ditembakkan ke berbagai arah -- ke udara, ke tanah, dan terkadang ke arah penduduk Palestina. Dia ingat setidaknya ada satu kejadian seseorang terkena tembakan.
"Ada orang-orang bersalah yang tak terluka. [Terluka] parah. [Tindakan itu] tidak perlu," kata kontraktor itu, dikutip dari Associated Press, Kamis (3/7).
Sumber itu mengatakan staf AS di lokasi memantau mereka yang datang untuk mencari makanan dan mencatat siapa pun yang dianggap mencurigakan. Dia mengatakan, staf keamanan itu berbagi informasi dengan militer Israel.
Dalam rekaman video yang ditunjukkan kontraktor kepada Associated Press, terlihat ratusan warga Palestina berkerumunan di antara gerbang logam, berebut bantuan di tengah suara peluru, granat kejut, dan semprotan merica.

Video lain memperlihatkan percakapan pria berbahasa Inggris yang tengah berdiskusi tentang cara membubarkan kerumunan dan saling menyemangati setelah melepaskan tembakan.
Informasi ini menunjukkan pemandangan langka di lokasi pembagian bantuan Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF). Yayasan asal AS yang baru didirikan itu mendapat dukungan dari Israel untuk memberi makan penduduk di Jalur Gaza.
Bulan lalu, pemerintah AS menjanjikan USD 30 juta agar GHF dapat melanjutkan operasinya di Gaza -- sumber pendanaannya hingga kini masih belum jelas.
Lebih lanjut, kedua kontraktor itu mengatakan peluru, granat kejut, dan semprotan merica digunakan hampir di setiap pembagian bantuan meski tidak ada ancaman.
Video lain menunjukkan kontraktor keamanan AS yang bersenjata lengkap tengah mendiskusikan cara membubarkan warga Palestina. Salah satu dari kontraktor itu terdengar berkata tengah mengatur unjuk kekuatan dengan tank Israel.
Kontraktor yang mengambil video mengaku melihat staf keamanan menembak ke arah warga Palestina yang baru saja mengambil makanan dan dalam perjalanan kembali. Penembakan itu dimulai karena kontraktor ingin membubarkan kerumunan, tapi tidak jelas kenapa mereka terus menembak meski orang-orang berjalan pergi.
Rekaman video tidak menunjukkan siapa yang menembak atau apa yang sedang ditembak. Tapi, kontraktor yang merekam kejadian itu mengaku menyaksikan staf keamanan menembak warga Palestina dan melihat seorang laki-laki sekitar 60 meter jauhnya -- di arah yang sama peluru ditembakkan -- jatuh ke tanah.

Dalam sebuah teks yang dibagikan kepada Associated Press, dijelaskan bahwa staf keamanan menggunakan 37 granat kejut, 27 proyektil karet dan asap, dan 60 kaleng semprotan merica selama pembagian bantuan bulan Juni. Jumlah itu tidak termasuk peluru yang ditembakkan.
Sementara, laporan internal milik Safe Reach Solutions (SRS) -- perusahaan logistik yang disubkontrakkan GHF untuk mengelola lokasi pembagian bantuan -- mengungkapkan 31% warga yang mencari bantuan terluka dalam 2 minggu di periode Juni. Jumlah yang terluka atau penyebabnya tidak diungkap, tapi disebut lukanya tidak serius.
SRS juga dilaporkan tidak memberikan staf rancangan aturan keterlibatan hingga 3 hari setelah pembagian bantuan dimulai. Rancangan aturan yang dilihat Associated Press itu menyatakan kekuatan mematikan hanya boleh dilakukan saat keadaan sangat mendesak, dan senjata tidak mematikan dapat digunakan dalam situasi ekstrem atau terhadap individu tidak bersenjata tapi melakukan kekerasan fisik.
Namun, warga Palestina yang dilihat dalam video tidak terlihat agresif secara fisik. SRS mengeklaim ada beberapa kesempatan terjadi pertengkaran antara warga Palestina, tapi tidak melibatkan staf.
Setiap kontraktor dilengkapi dengan pistol, granat kejut, gas air mata, dan senapan otomatis buatan Israel yang mampu menembakkan puluhan peluru dalam hitungan detik.
Menurut kedua kontraktor, jika situasinya terus berlanjut seperti ini maka lebih banyak nyawa yang terancam.
"Jika operasi berlanjut dengan cara seperti ini, warga pencari bantuan yang tidak bersalah akan terus terluka dan kemungkinan terbunuh," kata mereka.