
Masih lekat dalam ingatan Isoh (60), warga Kampung Cigintung, Desa Pasirmunjul, Kecamatan Sukatani, Purwakarta, saat bencana tanah bergerak menghancurkan rumahnya Rabu (11/6) malam.
Pergerakan tanah atau tanah bergerak adalah fenomena alam ketika massa tanah atau batuan bergerak atau bergeser dari posisi awalnya. Penyebabnya antara lain faktor cuaca seperti curah hujan tinggi yang dapat memicu longsor.
Isoh menceritakan detik-detik bencana tanah bergerak perlahan meruntuhkan rumah-rumah di desanya.
Di rumah itu, Isoh tinggal bersama suami dan kedua anaknya.
Ketika itu, saat siang hari, ia sebetulnya sudah mengetahui sebagian rumah miliknya dan tetangganya mengalami retak-retak. Dia awalnya tak ambil pusing dan menganggap fenomena itu hanya sesaat.

Namun lama kelamaan retakan itu semakin besar, diiringi suara gemuruh hingga keramik lantai terangkat dan atap rumah ambruk.
"Malam Kamis itu tahunya malah rumah yang di pinggir ambruk, tetangga juga ikut ambruk. Pada ke jalan langsung ya, pada panik rumah pada hancur," katanya saat ditemui kumparan di lokasi pengungsian, Kamis (19/6).

Malam itu begitu mencekam. Suara panik warga yang ketakutan riuh bersahutan. Tak lama setelahnya, petugas datang dan memerintahkan warga segera mengungsi ke kantor desa.
"Ke sini bawa pakaian aja sama anak-anak, kejadian jam 7, ke sini jam 9 malam. Kalau barang berharga yang penting-penting, sudah diamanin suami, dia nggak ikut ngungsi soalnya, dia bikin gubuk di deket sawah karena sudah antisipasi bakal kejadian," jelas Isoh.
Pengungsi lainnya, Lina (45), menyebut dari total 58 KK terdampak, ada 25 KK yang kondisi rumahnya paling parah.
"Yang lain retak-retak sama miring aja, kita yang 25 KK rumahnya hancur," tuturnya.

'Mama Ayo Pulang'
Sama halnya dengan Isoh, Lina sudah sepekan tinggal di pengungsian bersama orang tua dan satu anaknya.
Soal makan sehari-hari selama di pengungsian, ia tak khawatir karena banyak bantuan yang datang.
"Alhamdulillah makan mah ada aja, tiap malam juga sering ada yang ke sini hibur anak-anak," ucap Lina.

Namun begitu, Lina berharap bencana ini bisa segera teratasi dan bisa mendapat kepastian tempat tinggal. Terlebih anaknya kerap merengek karena sudah bosan tinggal di pengungsian.
"Sering ngerengek 'mama ayo pulang, pengin pulang', ibu jelasin rumah kita kan roboh, makanya di sini dulu, ya gitulah kalau anak kan pasti ada aja kangen rumah," ujarnya.
Lina juga menjelaskan soal bantuan yang datang.
"Kemarin kan sudah ada Pak Gubernur, hari ini katanya dikasih uang 10 juta di Pendopo, Rp 5 juta disuruh ngontrak, Rp 5 juta buat persediaan makan. Cuma kalau nanti ternyata relokasi ya kita mah ikut aja, yang penting aman," kata Lina.