Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Tunu Pratama Jaya tenggelam di Selat Bali, pada Rabu (2/7) pukul 23.35 WIB. Tenggelamnya kapal dengan rute penyeberangan Ketapang-Gilimanuk ini diduga akibat kebocoran di bagian mesin kapal.
Kapal itu 53 penumpang dan 12 kru. Hingga Kamis (3/7) malam dilaporkan 31 orang selamat, 5 orang tewas, 29 orang masih hilang.
Salah satu korban selamat, Eka Toniansyah asal Desa Sukowidi, Kalipuro, Banyuwangi bercerita momen mencekam detik-detik kapal tenggelam di Selat Bali.
Eka menaikai kapal tersebut bersama dengan ayahnya Eko Sastrio. Keduanya merupakan warga Lingkungan Sukowidi, Kel. Klatak, Kec. Kalipuro, Kab. Banyuwangi. Mereka hendak ke Singaraja untuk mengirim material semen dari Banyuwangi menggunakan truk.
Menurutnya, sebelum tenggelam, kapal tersebut sempat miring. Hal itu kemudian memicu kepanikan seluruh penumpang. Teriakan minta tolong terdengar bersautan.
Mereka berebut mendapatkan pelampung berusaha menyelamatkan diri. Eka tak ingat berapa banyak pelampung yang tersedia di kapal saat itu.
Kapal yang dinakhodai Agus Slamet itu semakin miring dan tenggelam ke dasar.
"Kapalnya miring, saya di atas kapal. Ngambil pelampung, rebutan," kata Eka saat ditemui di RSU Negara Jembran, Kamis (3/7).
Eka berusaha berenang bersama dengan ayahnya. Namun ayahnya, Eko, tidak berhasil selamat. Eko menjadi korban tewas dalam insiden tersebut.
"Saya berdua sama Bapak. Bapak korban meninggal," ucapnya.
KMP Tunu Pratama Jaya melakukan aktivitas bongkar-muat penumpang sekitar pukul 22.28 WIB di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, dan berangkat menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali, pukul 22.56 WIB.
Sekitar pukul 23.15 WIB, KMP Tunu Pratama Jaya lost contact dari radar dan diperkirakan tenggelam. Saat kejadian, tinggi gelombang diperkirakan 2,5 meter dengan kecepatan angin 9 knot.