Coba bayangkan dirimu berdiri di atas bukit yang dikelilingi kabut tipis. Hamparan kebun kopi di bawahmu, dan suara burung di kejauhan terdengar. Itulah Gunung Muria, yang memiliki banyak arti dan tinggi. Ini adalah tempat di mana budaya, sejarah, dan alam bersatu dalam ruang hidup yang luar biasa.
Di utara Jawa di antara Kudus, Jepara, dan Pati terletak Gunung Muria yang tingginya sekitar 1.602 mdpl. Gunung Muria berfungsi sebagai semacam "ibu" untuk kehidupan di sekitarnya, mulai dari sungai dan air tanah hingga kabut yang menjadi embun pagi untuk tanaman. Lebih dari itu, Muria juga menjadi rumah bagi banyak cerita, dari kisah para wali hingga ritual yang masih dilakukan hingga saat ini.
Sejak 2006, Djarum Foundation secara konsisten menjalankan gerakan konservasi di Lereng Gunung Muria. Upaya ini sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem di tiga wilayah yang berbagi lereng Muria, yaitu Kabupaten Kudus di sisi selatan, Pati di timur, dan Jepara di barat laut. Tanpa konservasi, wilayah ini terancam oleh peningkatan jejak karbon, risiko bencana alam, dan perubahan iklim yang bisa berdampak langsung pada kehidupan masyarakat.
Zona konservasi difokuskan pada Kawasan Strategis Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup di Lereng Muria, yang punya peran vital bagi keberlangsungan hidup di Kabupaten Kudus. Kawasan ini disiapkan sebagai daerah tangkapan air utama yang sangat menentukan ketersediaan air bersih di masa depan. Hingga tahun 2020, lebih dari 149.000 pucuk pohon telah ditanam untuk mendukung konservasi kawasan tersebut.
Mengutip Jurnal “Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi”, terdapat 33 jenis tumbuhan yang edible atau bisa dikonsumsi. Berbagai jenis tumbuhan berasal dari 23 famili yang berbeda dengan didominasi oleh famili famili Fabaceae atau polong-polongan sebanyak 3 jenis tumbuhan, Solanaceae atau terong-terongan sebanyak 3 jenis tumbuhan, dan Moraceae atau ara-araan sebanyak 3 tumbuhan.
Tumbuhan edible tersebut mempunyai berbagai bagian tumbuhan yang dapat dikonsumsi, yaitu bagian buah sebanyak 57 persen jenis tumbuhan, bagian daun sebanyak 35 persen jenis tumbuhan, serta bagian umbi sebanyak 8 persen jenis tumbuhan. Contoh tumbuhan yang dikonsumsi bagian buahnya adalah jambu biji, nangka, dan labu, bagian daunnya adalah pacar cair, pakis haji, dan sirih, sedangkan bagian umbinya adalah singkong, talas, dan ubi.
Di Gunung Muria, juga terdapat satwa yang terancam punah, yaitu elang jawa (Nisaetus bartelsi) dan macan tutul jawa (Panthera pardus melas). Mereka berebut ruang dengan populasi manusia, padahal mereka penting bagi keanekaragaman hayati, indikator kesehatan ekosistem, pelestarian budaya, dan pengurangan risiko bencana alam.
Di sana, juga terdapat makam Sunan Muria di Desa Colo, Kabupaten Kudus. Makam tersebut mempunyai ukiran daun pintu bergaya Tionghoa dengan gambar macan tutul jawa berlatar bentang Gunung Muria. Sosok macan dipercaya mengarah sebagai hewan peliharaan milik sang Sunan.
Gunung Muria bisa menjadi surga kecil bagi mereka yang mencintai alam serta sebagai sumber pelajaran hidup. Pelajaran tentang bagaimana budaya dan alam dapat bekerja sama serta tentang bagaimana manusia dapat menjadi bagian dari harmoni, bukan justru sebagai perusaknya.
Selain memberikan pemandangan indah, gunung ini adalah sumber hidup bagi warga lereng Muria. Mereka bertani, berkebun, membuat kerajinan tangan, menghasilkan madu hutan, dan membuat kuliner khas.