
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi mengusulkan agar permainan tradisional kembali dihidupkan di sekolah-sekolah.
Usulan itu disampaikannya dalam acara Penandatanganan Nota Kesepahaman Tentang Rencana Aksi Implementasi PP No.17 tahun 2025 yang digelar di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Kamis (31/7).
"Pesan bunda hanya satu, gunakan HP untuk hal-hal positif. Kalau bermain, mainlah permainan tradisional. Oke? Ada yang bisa main tradisional? Apa coba contohnya? Congklak, apalagi? Galasin, apalagi? Egrang, apalagi," ujar Arifah di hadapan para siswa yang hadir.

Ia juga menyampaikan harapannya agar permainan tradisional bisa dihadirkan kembali di lingkungan sekolah agar anak dapat saling berinteraksi satu sama lain.
"Pak Mendikdasmen mau nanti setiap sekolah dikasih permainan tradisional supaya, Pak Mendagri juga. Jadi anak-anak kalau istirahat nggak mojok main gadget tapi main galasin, main egrang, main tali bola dan sebagainya," tambahnya.
Orang Tua-Anak Lebih Sering Ngobrol

Sementara itu, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Wihaji menyoroti persoalan komunikasi antara anak dan orang tua yang kian tergeser oleh interaksi anak dengan perangkat digital. Ia menyebut, rata-rata anak di Indonesia menghabiskan waktu jauh lebih lama dengan gawai ketimbang dengan orang tuanya.
"Anak-anak punya handphone? Anak-anak punya orang tua? Ngobrol dengan orang tua dan ngobrol sama handphone lebih lama mana? Saya ulangi. Ngobrol sama orang tua setiap hari berapa lama, berapa jam? 24 jam? Yang sini ngobrol sama handphone tiap hari berapa jam? 1 jam?" tanya Wihaji kepada anak-anak peserta acara.
Ia kemudian menjawab sendiri temuannya berdasarkan data.
"Mohon maaf Bapak Ibu, mereka rata-rata penelitian 7,8 jam pegang handphone setiap hari. Ngobrol sama orang tua maksimal 30 menit," jelasnya.