Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengampanyekan pendidikan bermutu, inklusif, dan berlandaskan nilai karakter sebagai fondasi utama membangun peradaban yang damai, berkelanjutan, dan berkeadaban dalam pertemuan G20 Interfaith Forum (IF20).
Mu’ti menegaskan pendidikan sarana paling efektif membangun peradaban yang berkelanjutan dengan bertumpu pada kemampuan etika, moral, dan karakter.
“Tidak ada seorang pun, terutama anak-anak, yang boleh tertinggal dari pendidikan hanya karena faktor ekonomi, geografis, kondisi fisik, gender, etnis, ras, atau agama,” katanya dalam pernyataan tertulis di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan literasi lintas budaya dan agama penting untuk membangun karakter yang menjunjung pluralisme positif, toleransi, dan penghormatan terhadap martabat manusia.
Menurut dia, karakter tidak terbentuk secara instan, tetapi melalui pembiasaan perilaku baik dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai respons terhadap perkembangan zaman, ia mengatakan Kemendikdasmen menjalankan dua program utama sebagai langkah awal dalam pembentukan karakter anak di Indonesia, yaitu Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat.
Baca juga: Kemendikdasmen tegaskan pelaksanaan TKA gratis tanpa biaya apapun
Gerakan ini meliputi pembiasaan bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat, giat belajar, aktif bermasyarakat, dan tidur cepat.
Di samping itu, pihaknya juga melakukan penguatan peran guru sebagai pendidik sekaligus pembimbing.
“Setiap guru menjadi 'orang tua kedua' bagi siswa, membimbing potensi mereka untuk tumbuh menjadi generasi unggul,” katanya.
Mu'ti juga membahas mengenai pendekatan pembelajaran mendalam yang akan diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia.
“Pembelajaran mendalam hadir untuk mengajak anak tidak hanya sekadar mengetahui namun juga memahami pelajaran secara lebih mendalam dan holistik dan mengedepankan tiga aspek, yakni joyful, meaningful, dan mindful,” katanya.
Pada kesempatan itu, ia juga mengajak seluruh pihak berkolaborasi menghadapi tantangan global.
Ia menegaskan perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang konsisten, didukung oleh sekolah, keluarga, komunitas, dan media.
“Melalui persatuan lintas budaya dan lintas iman, kita dapat membentuk generasi muda yang tidak hanya berilmu, tetapi juga bijaksana dalam kehidupan sosial. Pendidikan yang inklusif adalah kunci membangun bangsa yang tangguh dan berkarakter,” katanya.
G20 Interfaith Forum (IF20) berlangsung pada 10-14 Agustus 2025 di Cape Town, Afrika Selatan, dengan mengangkat tema "Ubuntu in Action: Focus on Vulnerable Communities".
Forum ini bertujuan mempromosikan dialog antar-agama dan kerja sama internasional untuk merumuskan rekomendasi kebijakan di tingkat G20.
Baca juga: Kemendikdasmen-DPR dorong komite sekolah jadi mitra mutu pendidikan
Baca juga: Paket soal simulasi TKA gratis dari Kemendikdasmen
Baca juga: Kemendikdasmen perkuat literasi fondasi ketahanan pangan nasional
Pewarta: Hana Dewi Kinarina Kaban
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.