Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Ari Rizaldi menilai, pemerintah perlu melaksanakan kebijakan fiskal yang lebih ekspansif untuk menjaga tren pertumbuhan ekonomi di level 4,9%-5,1% hingga akhir 2025. Di samping perlunya pelonggaran kebijakan moneter BI Rate.
Ia menjelaskan, dua kebijakan kontra cyclical itu saat ini sangat dibutuhkan karena masih besarnya tekanan dari sisi eksternal, terutama dari sisi ketidakpastian ekonomi akibat perang tarif dagang, hingga tren suku bunga kebijakan di Amerika Serikat yang masih berat untuk diturunkan The Federal Reserve atau The Fed.
"Kebijakan moneter Bank Indonesia itu sendiri diperkirakan akan tetap akomodatif selama stabilitas harga dan pasar keuangan itu tetap jaga. Nah kalau kita lihat dari kebijakan fiskal itu perlu lebih ekspansif tentunya," kata Ari dalam acara Mandiri Macro and Market Brief 3Q25 Indonesia Economic Outlook, Kamis (28/8/2025).
Kebijakan fiskal yang harus lebih ekspansif itu kata Ari perlu dilakukan melalui percepatan belanja negara. Tujuannya supaya menjadi bantalan bagi perekonomian domestik dalam menghadapi ketidakpastian global.
"Kami meyakini berbagai kebijakan pemerintah yang ekspansif dan berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi itu akan dapat menimbulkan optimisme dan membuka berbagai peluang," ucap Ari.
"Berbagai program prioritas yang dicanangkan tentu saja akan berdampak positif kepada pertumbuhan sektor yang terkait dalam ekosistemnya," tegasnya.
Sebagai informasi, hingga akhir semester I-2025 belanja negara baru terealisasi Rp 1.407,1 triliun. Nilai itu tak mencapai setengahnya dari pagu anggaran belanja pemerintah secara total pada tahun ini yang sebesar Rp 3.621,3 triliun.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Indef Kritisi KEMPPKF 2026: Ekonomi Tumbuh Tapi Kurs Rp 16.900