Mantan Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert, mengatakan rencana 'kota kemanusiaan' yang diungkapkan Menhan Israel Katz di Rafah merupakan kamp konsentrasi dan menjadikannya pembersihan etnis dengan memaksa warga Palestina ke sana.
Olmert juga mengatakan Israel telah melakukan kejahatan perang di Gaza dan Tepi Barat. Menurutnya, pembangunan kamp di 'kota kemanusiaan' semakin meningkatkan eskalasi.
"Itu adalah kamp konsentrasi. Saya minta maaf," katanya terkait pendapatnya tentang 'kota kemanusiaan' di Rafah, dikutip dari The Guardian, Senin (14/7).
"Jika mereka [warga Palestina] dideportasi ke dalam 'kota kemanusiaan' baru, anda dapat menyaksikan bahwa ini adalah bagian dari pembersihan etnis. Ini belum terjadi," kata Olmert lagi.
Olmert mengatakan, rencana Katz itu akan menjadi interpretasi yang tak terelakkan terhadap setiap upaya untuk membangun kamp bagi ratusan ribu orang.
Lebih lanjut, Olmert mengatakan tidak menganggap operasi yang dilakukan Israel di Gaza sebagai pembersihan etnis karena mengevakuasi warga sipil untuk melindungi mereka dari pertempuran adalah sah berdasarkan hukum internasional. Warga Palestina, lanjutnya, juga telah kembali ke wilayah masing-masing begitu operasi militer selesai dilakukan.
Namun, setelah retorika kekerasan yang berjalan selama berbulan-bulan termasuk seruan para menteri untuk membersihkan Gaza dan proyek untuk membangun pemukiman Israel di sana, Olmert mengatakan klaim pemerintah bahwa 'kota kemanusiaan' bertujuan untuk melindungi warga Palestina tidak kredibel.
"Begitu mereka membangun kamp dan berencana untuk 'membersihkan' lebih dari setengah Gaza, maka pemahaman yang tidak terelakkan dari strategi ini adalah bahwa ini tidak akan menyelamatkan [warga Palestina]. Rencana ini untuk mendeportasi mereka, mendorong mereka, dan membuang mereka. Setidaknya tidak ada pemahaman lain yang saya miliki," tuturnya.
Mantan PM Israel Sebut Kabinet Netanyahu Musuh dari Dalam
Olmert menghadiri pemakaman dua warga Palestina dan satu warga AS yang tewas dalam dibunuh pemukim Israel di Tepi Barat. Olmert menyatakan serangan itu merupakan kejahatan perang.
"Serangan itu tidak bisa dimaafkan. Tidak bisa diterima. Ada operasi berkelanjutan yang terorganisir, diatur dengan cara yang paling brutal dan kriminal oleh sekelompok orang besar," ungkapnya.
Mereka yang menyerang penduduk di Tepi Barat sering disebut 'pemuda puncak bukit di Israel' dan digambarkan sebagai ekstremis pinggiran. Namun, Olmert lebih suka menyebut mereka sebagai 'kekerasan di puncak bukit'.
"Tidak mungkin mereka dapat beroperasi secara konsisten, masif, dan luas tanpa kerangka dukungan dan perlindungan yang diberikan otoritas [Israel] di wilayah [Palestina yang diduduki]," tuturnya.
Lebih lanjut, Olmert menyebut kabinet Benjamin Netanyahu sebagai kabinet ekstremis yang mendukung kekerasan di Gaza dan Tepi Barat.
"Mereka adalah musuh dari dalam," ungkapnya.