Personel kepolisian menembakkan gas air mata ke arah massa usai terjadi kericuhan unjuk rasa di depan Kantor Bupati Pati, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Rabu (13/8/2025). Unjuk rasa yang berakhir ricuh itu karena massa kecewa dan menilai tuntutan mereka agar Bupati Pati Sudewo mundur dari jabatannya tidak segera dipenuhi.
REPUBLIKA.CO.ID, PATI -- Sebanyak lima peserta aksi yang berpartisipasi dalam unjuk rasa akbar di Alun-Alun Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Jateng), pada Rabu (13/8/2025), masih menjalani perawatan di RSUD Soewondo. Mereka dirawat karena mengalami sesak napas akibat terpapar gas air mata yang ditembakkan aparat kepolisian ketika demonstrasi berubah ricuh.
Kabid Dokkes Polda Jateng Kombes Pol drg. Agustinus mengungkapkan, secara umum kondisi kelima peserta aksi yang dirawat mulai membaik. “Kelima pasien dari masyarakat saat ini dalam kondisi sadar dan menunjukkan tanda-tanda perbaikan kesehatan setelah mendapat perawatan di rumah sakit,” ucapnya.
Dia mengungkapkan, selain lima peserta aksi, dua anggota Polri juga terluka dan menjalani perawatan di RSUD Soewondo. Salah satu yang terluka adalah Kapolsek Pati Kota Iptu Heru Purnomo. Dia mengalami luka bocor di kepala akibat terkena lemparan batu.
Menurut Agustinus, Heru menjalani rawat inap dalam kondisi sadar tapi masih merasakan pusing. Sementara satu anggota Polri lainnya dirawat karena mengalami luka robek di paha kanannya.
"Kami memastikan penanganan medis diberikan maksimal, baik kepada masyarakat maupun anggota Polri yang menjadi korban," ujar Agustinus.
Demonstrasi yang diikuti ribuan warga Pati di Alun-Alun Pati pada Rabu berlangsung ricuh. Dalam aksi tersebut, massa menuntut pengunduran diri Bupati Pati Sudewo. Koalisi masyarakat sipil di sana merencanakan unjuk rasa besar-besaran setelah Sudewo menaikkan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) sebesar 250 persen.
Hal yang menambah kegusaran warga adalah kalimat bernuansa menantang yang dilontarkan Sudewo. Politisi Partai Gerindra itu mengatakan tak akan mencabut keputusannya menaikkan PBB-P2 meski harus didemo hingga 50 ribu orang.
Setelah pernyataannya tersebut viral dan memantik kegaduhan, Sudewo sempat meminta maaf dan membatalkan keputusannya menaikkan PBB-P2. Kendati demikian, koalisi masyarakat sipil Pati tetap memutuskan berdemo dan menunut pengunduran diri Sudewo.