Sekretaris Daerah Provinsi Sumsel, Edward Candra, mengatakan bahwa besaran luas lahan gambut di Sumsel mencapai 2,09 Juta Hektare atau setara dengan 25 persen lahan di Sumsel.
Hal ini ia sampaikan saat menghadiri Workshop Internasional Restorasi Gambut yang diadakan atas kolaborasi Unsri dengan Institut Ilmu Kehutanan Nasional Korea pada Rabu, 3 September 2025 di Arista Hotel Palembang.
Ia mengatakan bahwa Sumsel menduduki peringkat ke-2 lahan gambut terbesar di Indonesia.
"Besaran lahan di Sumsel mencapai 2,09 Hektare yang artinya besaran luas tersebut 25 persen lahan di Sumsel," ungkap Edward Candra.
Lalu, dengan hal itu, ia menyebut bahwa Sumsel mendapat tantangan besar mengenai Karhutla di lahan gambut.
"Di tahun 2015, 2019 dan 2022, kebakaran lahan gambut terjadi dan menghabiskan 46 ribu hektare lebih. Hal ini menjadikan gambut rusak," kata dia.
Kemudian, ia juga mengatakan bahwa terdapat dampak yang cukup besar terhadap masyarakat Sumsel saat Karhutla terjadi.
Dampak tersebut yakni terhadap lingkungan, kesehatan dan juga dampah ekonomi masyarakat.
"Tentu saja dampak tersebut sangat merugikan masyarakat di Sumsel. Maka dari itu, kami berusaha untuk mencegah kerusakan gambut dengan membentuk Tim Pendamping Restorasi Gambut Provinsi," terangnya.
Sementara itu, Direktur Korea Indonesia Forest Cooperation (KIFC), Cheol Ho Jeong, mengatakan bahwa ia sangat berterima kasih atas seminar ini karena dapat berbagi hasil penelitian selama 5 tahun yang dilakukan oleh Institut Ilmu Kehutanan Nasional Korea.
"Saya harap hasil dari penelitian ini dapat menghasilkan hasil yang bermanfaat untuk Provinsi Sumatera Selatan," katanya.
Ia juga mengatakan, bahwa sebelumnya mereka telah melakukan Restorasi Gambut di wilayah Jambi yang mengalami kerusakan parah akibat Karhutla di lahan gambut.
"Kami telah mengadakan melakukan Restorasi Gambut dari tahun 2019-2022 di Londerang, Provinsi Jambi yang mengalami kerusakan lahan cukup parah," pungkasnya.