
Penjualan kendaraan niaga mengalami tekanan sepanjang awal 2025, akibat kondisi ekonomi dan kebijakan fiskal baru seperti kenaikan PPN, hingga pengetatan kredit yang memengaruhi keputusan pembelian unit baru.
Turunnya harga komoditas khususnya di sektor pertambangan yang banyak menyerap segmen truk berat, juga menekan permintaan kendaraan niaga di kelas ini.
Namun tidak untuk segmen light duty truck (LDT), di mana kebutuhan distribusi barang tetap stabil. Jenis kendaraan niaga LDT banyak digunakan oleh sektor logistik, pertanian, FMCG (Fast-Moving Consumer Goods), hingga geliat e-commerce.

Ini yang menjadikan kebutuhan mengirim barang jarak pendek hingga menengah tidak banyak berubah, kendati ekonomi melambat. Truk ringan lebih fleksibel masuk ke kawasan padat dan tetap digunakan untuk proyek skala menengah.
"Manufaktur masih oke sebenarnya tapi mining dan plantation sepertinya belum sesuai harapan, logistik yang masih jadi kontributor utama," buka Sales and Marketing Director PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB/Fuso Indonesia) Aji Jaya saat ditemui di ICE BSD, Tangerang, Rabu (23/7).
Optimistis Fuso tetap jadi market leader ke-55 tahun
Di segmen LDT, dominasi Fuso lewat model Canter begitu kuat dengan pangsa pasar di atas 50 persen. Berdasarkan data, market share di segmen ini mengalami peningkatan dari 53,1 persen kuartal pertama 2024, menjadi 55 persen pada periode yang sama 2025.
Aji menambahkan, dengan demikian KTB sebagai distributor kendaraan niaga Mitsubishi Fuso di Indonesia percaya diri tetap bisa mendominasi pasar kendaraan komersial ke-55 tahun.
"Itu kami sangat optimistis, jadi Januari sampai Juni berdasarkan data Gaikindo itu kami masih menjadi market leader, dengan perolehan market share sebesar 38,3 persen untuk segmen komersial," imbuhnya.

Lanjut Aji penguasaan pasar secara umum di segmen kendaraan niaga dalam tiga bulan terakhir masing-masing telah mencapai 40 persen, berdasarkan fakta inilah yang membuat optimisme ini beralasan.
Ditambah banyak UMKM dan perusahaan logistik skala kecil-menengah memilih LDT karena biaya kepemilikan lebih ringan, jangkauan purna jual luas, hingga ketersediaan suku cadang yang mudah dijangkau.
"Kalau semangat kami mengarah ke sana jadi tetap market leader dengan perolehan market share yang cukup besar untuk 55 tahun. Untuk proyeksinya mungkin sampai Desember kurang lebih ada pertumbuhan dibanding semester satu tapi tidak terlalu signifikan," jelasnya.