Koalisi Kebebasan Beragama Surati Prabowo Minta Pengesahan Perpres PKUB Ditunda

3 hours ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

KOALISI Task Force Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) menyurati Presiden Prabowo Subianto untuk tidak menandatangani Peraturan Presiden Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama (Perpres PKUB). Surat terbuka diserahkan langsung oleh koalisi ke Sekretariat Negara pada Kamis, 7 Agustus 2025.

Koalisi itu terdiri dari 12 organisasi masyarakat sipil, yakni Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK), Sobat KBB, SETARA Institute, YLBHI, AJI Indonesia, Imparsial, SALT Indonesia, Yayasan Satu Keadilan (YSK), The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII), Yayasan Keadilan dan Perdamaian Indonesia (YKPI), El Bukhari Institute (EBI), Anak Bumi Dwipantara, Perhimpunan Jiwa Sehat, dan CIS Timor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Koordinator program YKPI Kristina Viri mengatakan draf Perpres PKUB gagal menjawab akar intoleransi dan justru berpotensi memperburuk situasi. Beberapa alasan penolakan, antara lain materi draf Perpres PKUB yang masih rentan diskriminatif dan dinilai tidak inklusif. Salah satunya masih memuat syarat 90 pengguna dan 60 dukungan masyarakat sekitar apabila hendak membangun rumah ibadah.

“Seharusnya hal ini dikaji lebih dalam, mengingat ini merupakan persoalan utama terkait dengan hak atas tempat beribadah. Begitu juga dengan hak bagi masyarakat yang menganut penghayat kepercayaan, perlu dijamin dalam Perpres tersebut yang seharusnya dapat berpedoman pada Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016,” kata Viri di gedung Kementerian Sekretariat Negara, Kamis, 7 Agustus 2025.

Alasan penolakan lain, yakni draf Perpres PKUB disusun secara serampangan dan tanpa partisipasi masyarakat sipil. Viri mengatakan pembahasan draf Perpres PKUB yang terakhir tidak melibatkan masyarakat sipil, termasuk penganut atau organisasi agama atau kepercayaan yang selama ini terdampak. “Hal ini dapat dilihat dari tidak dibukanya ruang diskusi dan konsultasi draf terakhir Perpres PKUB bagi komunitas atau masyarakat yang terkena dampak,” ujarnya.

Di samping itu, materi draf Perpres PKUB masih memuat pasal-pasal yang memicu konflik antar umat bergama. Misalnya, kata Viri, draf ini memberikan kewenangan masyarakat untuk memberikan atau tidak memberikan izin, membuat dikotomi mayoritas dan minoritas, dan mengutamakan kepentingan mayoritas. “Pengaturan ini tidak relevan diterapkan di negara Indonesia dengan masyarakat yang memiliki keragaman agama atau keyakinan,” ucapnya. 

Oleh Karena itu, Koalisi Task Force Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan mendesak Presiden Republik Indonesia untuk menunda penandatanganan Ranperpres PKUB sampai dilakukan perbaikan substansial. Koalisi juga mendesak pemerintah agar menjamin partisipasi publik dalam revisi kebijakan, termasuk melibatkan korban intoleransi dan organisasi kepercayaan, serta mengutamakan jaminan konstitusional (UUD 1945 Pasal 28E dan 29) atas hak beribadah dan bebas dari diskriminasi.

“Koalisi juga mendesak pemerintah menyertakan perlindungan khusus bagi anak terdampak konflik agama, termasuk pemulihan psikososial dan jaminan keamanan beribadah,” ujar Viri. 

Koalisi juga menyayangkan peningkatan pelanggaran terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan selama setahun terkhir. Sepanjang tahun 2024, SETARA Institute mencatat 260 peristiwa dan 402 tindakan pelanggaran KBB. Jumlah ini menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 217 peristiwa dengan 329 tindakan pada 2023. Bahkan, 159 kasus dilakukan oleh aktor negara. Sedangkan 243 kasus dilakukan oleh aktor non negara. Secara umum, kondisi KBB 2024, terlihat pada tingginya tindakan intoleransi (73) oleh masyarakat, dan tindakan diskriminatif (50) oleh negara.

Read Entire Article