Ekonom pangan dari CORE Indonesia, Eliza Mardian melihat selama ini komoditas pertanian, perikanan, peternakan dan produk UMKM kebanyakan diangkut lewat jalur darat non-kereta sehingga relatif mahal dan memakan waktu cukup lama. Dengan begitu, keberadaan kereta khusus dipandang sebagai solusi pendistribusian.
“Kalau dengan kereta ini akan lebih efisien karena sekali angkut bisa banyak dan waktu tempuhnya dapat lebih cepat. Jadi biaya ongkosnya akan lebih murah. Ini akan memudahkan produk petani nelayan peternak dan pengusaha UMKM lokal dalam pendistribusian barangnya,” kata Eliza kepada kumparan, Minggu (24/8).
Eliza juga melihat keberadaan kereta khusus tersebut sebagai langkah untuk meningkatkan integrasi desa-kota dan upaya memperkuat ketahanan pangan. Meski demikian, menurutnya kereta khusus saja tidak cukup.
Ia melihat masih ada masalah lain, contohnya keberadaan calo untuk setiap komoditas di berbagai pasar. Hal ini membuat tidak sembarang barang bisa masuk ke pasar karena ada pembagian yang diatur oleh calo.
“Ini memerlukan kolaborasi dan komunikasi yang baik dengan sistem yang sudah berjalan hingga hari ini. Agar tidak terjadi barang-barang petani setelah diangkut menggunakan kereta, produknya enggak bisa dijual atau malah jadi menambah yang jualan di trotoar,” ujar Eliza.
Untuk masalah itu, Ia juga memberikan saran agar sebaiknya produk-produk petani, nelayan, peternak dan pedagang bisa dikumpulkan di pusat distribusi komoditas tiap desa atau Koperasi Desa Merah Putih. Setelah itu barulah komoditas terkait diangkut dengan kereta khusus dan diterima oleh petugas di pasar untuk di distribusikan.
“Jadi sekitar jam 3-4 subuh itu barang datang dari berbagai daerah, di situ momen penentuan berapa barang dan jenis yang dijual di pasar. Harga bisa naik atau turun ini bergantung supply hari itu. Jadi pemerintah gimana caranya bisa kolaborasi dengan pelaku usaha yang sudah ada,” kata Eliza.
Selain Eliza, Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno juga melihat keberadaan kereta khusus bisa memiliki beberapa dampak baik.
Beberapa dampak positif di antaranya adalah menghambat urbanisasi di perkotaan dan kapasitas barang yang diangkut bisa lebih banyak.
“Jumlah petani-pedagang bisa ditingkatkan, penumpang tidak terganggu dengan tumpukan barang pedagang dan hasil bumi petani, hewan ternak dapat kembali diangkut, dapat meningkatkan perekonomian desa,” ujar Djoko.
Menurutnya, hal ini sebenarnya juga bukan merupakan hal baru. Selain diterapkan di China, dahulu pengangkutan hewan ternak dengan gerbong khusus juga sempat diterapkan di Indonesia meski saat ini sudah tidak ada.
Sebelumnya, Kereta khusus petani dan pedagang tersebut merupakan hasil modifikasi dari kereta kelas bisnis dan ekonomi. Kereta dirancang khusus agar lebih ramah terhadap kebutuhan pengangkutan hasil panen atau barang dagangan.
Kereta petani dan pedagang ini hadir dengan sejumlah modifikasi signifikan, mulai dari tata letak kursi yang dipasang sejajar di sisi kiri dan kanan kereta, hingga pintu bordes yang diperlebar untuk memudahkan akses barang.
Uji statis telah dilaksanakan pada 14-15 Agustus 2025 di UPT Balai Yasa Surabaya Gubeng, kemudian dilanjutkan dengan uji dinamis pada 15 Agustus 2025 dengan rute Surabaya Gubeng-Lamongan (pulang-pergi). Pengujian tahap perta...