Kementerian Luar Negeri (Kemlu) merespons pernyataan keluarga yang menilai ada banyak kejanggalan dalam kematian diplomat muda mereka, Arya Daru Pangayunan.
Direktur Perlindungan WNI Kemlu, Judha Nugraha, menegaskan pihaknya mengikuti pernyataan keluarga tentang kasus Arya Daru. Judha juga memastikan Kemlu terus mendampingi keluarga.
"Berbagai dukungan, termasuk konseling psikologis, diberikan untuk membantu keluarga," ujarnya saat dihubungi kumparan, Minggu (24/8).
Selain dukungan psikis, Judha mengatakan, Kemlu juga mendukung penuh langkah hukum yang ditempuh keluarga Arya melalui kuasa hukum yang ditunjuk.
"Terkait proses penyelidikan, Kemlu siap mendukung keluarga, melalui kuasa hukum yang ditunjuk, untuk mengungkap kasus ini secara terang benderang," kata Judha.
Ia menambahkan, Kemlu juga sebelumnya telah membantu kepolisian dalam penyelidikan dengan menyerahkan sejumlah barang bukti, antara lain laptop kantor, rekaman CCTV, serta keterangan dari rekan kerja Arya.
"Hal yang sama juga siap dilakukan Kemlu untuk mendukung tugas kuasa hukum keluarga almarhum," sambungnya.
Arya Daru ditemukan meninggal di kosnya di Gondia International Guesthouse, Jalan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, pada Juli 2025 lalu. Ia ditemukan dengan wajah terlilit lakban.
Polisi sudah menyampaikan hasil penyelidikan dan tidak ditemukan adanya tanda kekerasan, tidak orang lain di lokasi kejadian, dan adanya indikasi masalah psikis yang dialami Arya Daru.
Lalu, pada Sabtu (23/8), keluarga Arya menyatakan terdapat banyak kejanggalan dalam kasus ini. Mereka meyakini diplomat muda itu tidak mungkin mengakhiri hidupnya sendiri.
"Penasihat hukum keluarga minta kepolisian untuk melakukan rekonstruksi ulang, kemudian autopsi lengkap dari almarhum untuk mengetahui penyebab kematian," kata kuasa hukum keluarga, Nicholay Aprilindo, di Yogyakarta, Sabtu (23/8).
Nicholay menyebut beberapa kejanggalan, di antaranya ditemukannya obat CTM dan parasetamol. Menurut keterangan istri, Arya tidak memiliki alergi maupun kebiasaan mengkonsumsi CTM.
"Dari mana CTM itu masuk dan berapa kadarnya sampai sekarang belum diungkapkan. Kalau autopsi lengkap harus diambil ginjalnya, paru, jantung, sehingga mengetahui kandungan obat apa dan zat apa di dalam tubuh korban," katanya.
Keluarga juga mempertanyakan adanya luka lebam di tubuh Arya. Dari sederet kejanggalan itu, pihak keluarga menilai ada pihak lain yang terlibat dalam kematian diplomat muda tersebut.