
Anggota Komisi VII DPR RI Rahayu Saraswati Djojohadikusumo menyoroti soal PSK di IKN. Menurutnya, banyak PSK di IKN karena minim lapangan pekerjaan.
Menurut Rahayu, para PSK rela diperdagangkan muncikarinya demi menafkahi keluarga.
“Mereka milih lebih baik saya diperdagangkan lagi daripada gak ada pendapatan untuk keluarga dan apalagi kalau sudah punya anak,” kata Sara dalam acara diskusi terkait Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di kantor Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Jakarta Timur pada Kamis (31/7).
Keponakan Prabowo ini mengaku, dirinya sudah berbicara dengan Kabareskrim Komjen Wahyu Widada dan meminta agar mengusut kasus ini.
“Misalnya mohon izin terakhir, tempat-tempat seperti ini kemarin, baru aja saya bilang ke Pak Kabareskrim, IKN sudah terkenal dengan bordil-bordilnya, yang melayani para tukang dan ASN yang kesepian,” ucap Sara.
“Papua itu terkenal melayani mereka yang bekerja di tambang-tambang,” lanjutnya.

Waketum Gerindra ini menekankan, menjadi PSK, bukan pilihan hidup mereka. Jika bisa memilih, sudah pasti tidak ada perempuan mau menjadi PSK.
“Silakan tanya langsung. Kalau ada pekerjaan yang layak tetap enggak mau bekerja di situ?” ucap dia.
“Mereka pasti ada rasa malu untuk menyampaikan ke keluarganya,” tambahnya.
Ketua Umum Jaringan Nasional Anti Perdagangan Orang ini lantas menceritakan soal penelusurannya 10 tahun yang lalu yang mendapati seorang PSK harus membayar sejumlah uang ke muncikarinya untuk bisa lari dari rantai prostitusi.
“Mereka enggak bisa keluar. Kalau mau keluar dari tempat itu, harus bayar minimal waktu itu ya, 10 tahun yang lalu, Rp 10 juta,” ucap Rahayu.
“Sedangkan mereka dikasihnya cuma berapa persen, hanya cukup untuk mereka hidup. Wong mereka disekat. Jadi jangan semudah itu berpikir bahwa ‘oh, nggak kaitannya’, semuanya berkaitan,” tandas dia.