Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, penjual bendera musiman mulai bermunculan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Menariknya, banyak di antara mereka berasal dari Garut, Jawa Barat.
Agus Setiawan (40), pedagang bendera asal Cikole, Garut, mengaku sudah lebih dari satu dekade merantau ke Sleman setiap bulan Agustus untuk berjualan. Tahun ini, ia tiba pada 24 Juli bersama 23 rekannya dari Garut dan menyebar ke berbagai wilayah DIY.
“Nyebar-nyebar ada yang di Parangtritis, Wonosari, Gunungkidul. Kalau saya tiap musim pasti di sini terus (Sleman),” kata Agus saat ditemui Pandangan Jogja, Senin (4/8).
Menurut Agus, hampir seluruh laki-laki di kampungnya ikut berdagang bendera hingga ke luar Pulau Jawa. Ia menyebut kampungnya terbagi menjadi dua RW, dan di RW tempat ia tinggal terdapat sekitar 300 kepala keluarga.
“Hampir satu kampung saya di Cikole jualan bendera, cuman nyebar. Ada yang ke Bali, Kalimantan, Sumatera,” ujarnya.
“Sepi laki-lakinya, pada berangkat semua, 90 persen,” sambungnya.
Kisah serupa datang dari Abang (27) yang berjualan di Godean, Sleman. Ia baru tiga tahun terakhir merantau ke Jogja untuk menjajakan bendera. Menurutnya, setiap Agustus, Jogja dipenuhi pedagang bendera asal Jawa Barat.
“Kalau Agustus Jogja kaya Jawa Barat, banyak orang Sunda jualan bendera,” kata Abang.
Abang mulai berjualan pada 28 Juli, sementara sebagian rekannya sudah datang sejak 25 Juli. Ia memilih Jogja karena biaya perjalanan relatif murah, aman, dan warganya ramah.
“Ke Jogja ongkos murah, orangnya ramah-ramah, aman. Enak dipakai tempat jualan,” ujarnya.
Maryani (49), penjual bendera lain yang juga berjualan di Godean, ikut suaminya merantau dari Garut ke Jogja. Ia mulai berjualan pada 28 Juli.
“Saya dari Garut, ikut suami jualan gorden, ke Jogja kalau hari-hari kemerdekaan,” kata Maryani.