
SEKITAR 300 orang yang didominasi perempuan menggelar aksi unjuk rasa di depan gerbang utama Kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (3/8), mulai pukul 10.00 WIB. Berbusana hitam-pink dan membawa sapu lidi, mereka menyampaikan suara menuntut hak-hak rakyat.
Aksi tersebut digelar oleh Aliansi Perempuan Indonesia yang merupakan aliansi gabungan sejumlah komunitas perempuan, seperti Perempuan Mahardika, Solidaritas Perempuan, hingga Jaringan Advokasi Nasional Pekerja Rumah Tangga (Jala PRT). Aksi bertajuk Perempuan Melawan Kekerasan Negara ini sedianya dijadwalkan Senin (1/9), namun diundur demi situasi lebih kondusif.
Busana pink yang digunakan terinspirasi dari jilbab pink yang dikenakan Ibu Ana yang menghalau aparat di depan Gedung DPR saat aksi minggu lalu. Warna hitam perlambang duka atas demokrasi Indonesia. Sementara, sapu perlambang usaha membersihkan negara.
Berikut tuntutan lengkap Aksi Perempuan Melawan Kekerasan Negara:
- Presiden Prabowo menghentikan segala bentuk kekerasan negara, termasuk menarik mundur TNI dan Polri.
- Presiden Prabowo, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, dan Panglima TNI Agus Subiyanto untuk segera menarik tentara yang dilibatkan bersama kepolisian dalam penanganan keamanan ketertiban masyarakat.
- Kapolri Listyo Sigit untuk segera mundur dari jabatannya, serta menuntut kepolisian untuk membebaskan seluruh masyarakat yang ditangkap tanpa syarat.
- Presiden Prabowo untuk menghentikan segala bentuk kriminalisasi terhadap rakyat, aktivis, jurnalis, dan pendamping hukum, serta membebaskan seluruh tahanan tanpa syarat.
- Presiden Prabowo untuk mengembalikan militer ke barak dan menghentikan segala bentuk keterlibatan TNI dalam urusan sipil.
- Terjamin sepenuhnya hak konstitusional warga negara untuk berkumpul, berserikat, dan menyampaikan protes di muka umum tanpa intimidasi maupun kekerasan.(M-2)