Kasus balita 4 tahun di Sukabumi, Raya, yang meninggal akibat cacingan akut menjadi pengingat bagi orang tua untuk memperhatikan lagi kebersihan diri dan lingkungan, serta pola hidup sehari-hari. Raya mengembuskan napas terakhirnya setelah menjalani perawatan selama 9 hari di rumah sakit. Cacing seberat lebih dari 1 kg juga telah dikeluarkan dari tubuhnya.
Keluarga Raya hidup dalam kemiskinan di Desa Cianaga. Rumahnya tidak memiliki kamar mandi, dan sehari-hari Raya mandi di empang.
Di bawah kolong rumahnya yang berbentuk panggung, diduga di sanalah Raya terpapar larva cacing gelang. Ya Moms, area itu ternyata sering menjadi tempat bermain Raya. Saat kumparan mengunjungi rumahnya, banyak kotoran ayam berserakan di tanah, serta barang dan karung bekas tergeletak.
Anak Paling Berisiko Kena Cacingan, Perhatikan Kebersihan Lingkungan Sekitar!
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkapkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2023, yaitu hampir 80 persen populasi yang terkena cacingan adalah anak-anak usia sekolah. Dan cacing gelang (Ascaris lumbricoides) menjadi yang paling banyak menginfeksi orang-orang, baik di Indonesia maupun dunia.
"Karena anak aktif bermain di tanah, di luar rumah, jadi mungkin edukasi mereka tentang perilaku hidup bersih dan sehat belum maksimal. Kenapa itulah anak usia sekolah yang paling banyak," ujar anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik IDAI, DR. Dr. Riyadi, SpA, Subs IPT(K), dalam webinar yang diselenggarakan IDAI, Jumat (22/8).
Sementara kelompok selanjutnya yang rentan terinfeksi cacingan adalah anak-anak usia prasekolah atau 2-5 tahun. Sebab, anak di usia ini masih belum memahami sepenuhnya tentang mana saja yang berbahaya atau tidak untuk disentuh.
Beberapa contoh cacing yang siklus hidupnya memerlukan media tanah (soil transmitted helminth) antara lain cacing gelang, cacing cambuk, cacing benang, dan cacing tambang.
Menurut Dr. Riyadi, pada kasus infeksi cacing gelang, misalnya, satu cacing dewasa saja bisa menghasilkan 200.000 telur per hari, dengan masa hidup 1-2 tahun. Dalam siklus hidupnya, telur cacing gelang memerlukan tanah liat serta lingkungan yang hangat dan lembap untuk dapat berkembang. Telur yang telah dibuahi dan mencemari tanah akan menjadi matang dalam waktu tiga minggu, pada suhu 25-30 derajat celcius.
Sejak telur infektif tertelan pada tubuh seseorang, maka diperlukan waktu lebih kurang 2-3 bulan sampai cacing dewasa dan kemudian bertelur lagi. Dan cacing gelang dapat hidup hingga dua tahun di tubuh manusia, lho!
"Cacingan membutuhkan perantara tanah untuk menjadi bentuk yang infektif. Jadi, kalau ada orang dewasa yang cacingan di rumah, maka anak pun akan jadi berisiko," tuturnya.
"Jadi, menularnya melalui perantara tanah, bukan cacing yang tumbuh. Ada manusia yang kecacingan, misalnya, buang air besar tidak pada tempatnya, telurnya keluar, satu cacing saja bisa 200.000 telur, kemudian berkembang. Prosesnya memerlukan perantara di tanah terlebih dahulu," lanjut Dr. Riyadi.
Sehingga, yang masuk ke dalam tubuh seseorang bukanlah cacing yang sudah dewasa, tetapi masih berbentuk telur atau larva. Kemudian, telur cacing itu masuk ke pembuluh darah hingga usus, barulah berkembang menjadi cacing dewasa. Seluruh proses ini bisa berlangsung 2-3 bulan.