Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, jumlah ekspor batu bara selama Januari-Juni 2025 atau Semester I-2025 mencapai 185,98 juta ton. Angka itu terhitung turun 6,13% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2024 yang tercatat sebesar 198,13 juta ton.
Hal tersebut mengutip data Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian ESDM.
Turunnya jumlah ekspor tersebut juga sejalan dengan anjloknya produksi selama enam bulan pertama tahun 2025 ini.
Berdasarkan data MODI tersebut, jumlah produksi batu bara nasional per Semester I-2025 tercatat mencapai 371,66 juta ton. Angka produksi itu menurun 8,47% jika dibandingkan dengan Semester I-2024 yang mencapai 406,06 juta ton.
Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor batu bara pada periode Januari-Juni 2025 hanya sebesar US$ 11,97 miliar. Nilai itu turun 21,09% dibanding periode yang sama tahun lalu US$ 15,17 miliar.
Dari sisi volume dan harga, ekspor komoditas batu bara juga merosot masing-masing 6,33% dan 15,95% secara tahunan. Secara volume turun dari 196,55 juta ton menjadi 184,19 juta ton, dan nilai dari US$ 77,24 per ton menjadi US$ 64,99 per ton.
Ekspor ke China-India Turun
Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) mengungkapkan ekspor batu bara Indonesia, terutama ke dua negara tujuan utama yakni China dan India, terpantau menurun sejak awal tahun 2025 ini.
Plt. Direktur Eksekutif APBI Gita Mahyarani mengatakan jumlah ekspor batu bara RI ke China hingga Mei 2025 tercatat menurun hingga 15% dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Begitupun ke India, hingga saat ini ekspor batu bara ke negara tersebut menurun 7% dibandingkan dari tahun 2024.
Alasannya, terdapat peningkatan produksi batu bara di kedua negara tersebut. "Penurunan ini banyak dipengaruhi oleh meningkatnya produksi domestik di kedua negara, sehingga impor mereka dari Indonesia ikut berkurang," jelas Gita kepada CNBC Indonesia, Kamis (26/6/2025).
Ditambah, saat ini juga terdapat persaingan dengan negara pengekspor batu bara lainnya seperti Australia, Mongolia, hingga Rusia, yang juga disinyalir menjadi salah satu alasan permintaan batu bara ke Indonesia berkurang.
"Di saat yang sama, persaingan dengan negara lain seperti Rusia, Mongolia, dan Australia juga makin ketat terutama dari sisi kompetitif harga," imbuhnya.
Padahal menurutnya, saat ini penggunaan batu bara di China terpantau masih tinggi yang dinilai seharusnya masih membutuhkan impor besar dari Indonesia. Namun alasan permintaan batu bara ke RI menurun adalah lantaran stok batu bara di Negeri Tirai Bambu tersebut masih mumpuni.
"Padahal biasanya setelah Imlek stok akan menurun, tapi tahun ini justru tetap tinggi. Ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan impor dari Indonesia belum terlalu mendesak karena stock mereka masih cukup," paparnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Heboh Ekspor Batu Bara Pakai HBA, ESDM: Ada Usulan Pengusaha