
SEBAGAI bagian dari agenda strategis, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menggelar Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional (Rarkerkonas) ke-XXXIV di Bandung pada Senin (4/8). Apindo juga menyelenggarakan Expo & UMKM Fair 2025 yang diikuti 34 booth, diisi oleh anggota Apindo, pengusaha UMKM dari sektor kerajinan tangan, kuliner, fesyen, batik, dan produk lokal unggulan lainnya.
Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani menyatakan, UMKM Indonesia yang berjumlah lebih dari 66 juta berperan dalam menjaga daya tahan ekonomi nasional bahkan dalam situasi krisis, dengan menciptakan dan menyerap hingga 97% tenaga kerja nasional serta menopang produktivitas melalui kontribusi 61% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
"Meskipun demikian, UMKM masih menghadapi tantangan struktural untuk naik kelas dan menembus pasar global. Hanya 7% UMKM Indonesia yang terhubung dengan rantai pasok domestik, sementara hanya 4,1% yang dapat mengakses global value chain," jelasnya.
Menurut Shinta, kontribusi ekspor UMKM Indonesia baru mencapai 15,7%, jauh di bawah Singapura (41%) dan Thailand (29%). Mengusung semangat G.R.O.W (Grit, Resilience, Opportunity, Win Together), dia mengajak semua pihak untuk tidak hanya mengapresiasi peran UMKM, melainkan juga membangun ekosistem yang memungkinkan mereka naik kelas.
"Dukungan terhadap UMKM juga merupakan bagian dari semangat Indonesia Incorporated yaitu semangat dalam membangun ekosistem ekonomi yang didalamnya pemerintah, korporasi, UMKM, masyarakat, dan akademisi saling terhubung dalam sistem yang kolaboratif, efisien dan terbuka terhadap inovasi," paparnya.
Shinta menambahkan, Expo & UMKM Fair 2025 oleh Apindo di Bandung, bukan hanya sekadar ajang promosi produk UMKM, melainkan pernyataan kolektif bahwa pelaku usaha mikro, kecil dan menengah merupakan aktor utama dalam transformasi ekonomi nasional serta menunjukkan produk UMKM Indonesia punya kualitas, cerita dan daya saing untuk pasar nasional dan global.
Shinta juga memberikan apresiasi kepada DPP Apindo Jabar atas peran aktifnya sebagai tuan rumah dan fasilitator penyelenggaraan pameran ini. “Sinergi antarpengurus pusat dan daerah, menjadi model nyata Apindo bagaimana kolaborasi bisa menciptakan ruang tumbuh yang lebih luas bagi UMKM. Komitmen ini akan terus diperluas ke seluruh DPP Apindo di Indonesia, agar semangat pemberdayaan UMKM menyentuh seluruh lapisan daerah baik dari pusat kota hingga pelosok perbatasan," terangnya.
PERAN STRATEGIS
Ketua Bidang UMKM dan Koperasi Apindo, Ronald Walla mengatakan, Apindo memiliki peran strategis dalam mendampingi UMKM menghadapi sejumlah tantangan saat ini. Apindo hadir bukan hanya sebagai asosiasi, tetapi sebagai enabler dan advokator bagi UMKM Indonesia. Melalui Apindo Expo & UMKM Fair 2025, bisa menciptakan ruang nyata untuk kolaborasi, pembelajaran dan ekspansi usaha pelaku UMKM di seluruh Indonesia.
"Apindo tidak sekadar memberikan panggung bagi UMKM, tetapi juga memperjuangkan kebijakan yang berpihak dan mendorong kemitraan berkeadilan antara usaha besar dan kecil-menengah. Kita ingin UMKM Indonesia naik kelas lebih inovatif, lebih terhubung dan menjadi motor pertumbuhan yang kuat dan mandiri," tandasnya.
Ronald melanjutkan, Apindo Expo & UMKM Fair 2025 ini mempertemukan ribuan pelaku UMKM dengan pelaku usaha besar, pemerintah, investor dan pemangku kebijakan lainnya dalam satu ekosistem kolaboratif. Tidak hanya pameran produk unggulan dari berbagai daerah, Expo dan Fair juga dilengkapi dengan workshop tematik, pelatihan, dan diskusi kebijakan yang membahas isu-isu krusial UMKM seperti digitalisasi, ekspor, pembiayaan inklusif, serta inovasi produk dan manajemen usaha.
Dalam expo ini juga diadakan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan juga peluncuran buku panduan Environmental, Social and Governance (ESG) untuk UMKM.
"Pembahasan isu dalam workshop dilatarbelakangi oleh potensi UMKM yang masih dibatasi oleh tantangan struktural seperti keterbatasan akses pembiayaan, minimnya adopsi teknologi dan rendahnya integrasi dalam rantai pasok," imbuhnya.
Survei Apindo kata Ronald, menunjukan 51% UMKM kesulitan memperoleh pembiayaan, 80% masih bergantung pada modal pribadi dan hanya 4,1% yang berhasil menembus rantai nilai global sehingga tertinggal jauh dibandingkan Vietnam (24%), Thailand (29%), atau Singapura (41%). Kesenjangan ini bukan hanya soal kapasitas, tetapi juga persoalan akses, keterhubungan dan kolaborasi lintas sektor yang belum optimal. Selain workshop dalam UMKM Expo & Fair yang diadakan berkala tahunan, Apindo konsisten menjawab tantangan UMKM dengan memperkuat komitmennya melalui program unggulan Apindo UMKM Merdeka (AUM).
"Program ini lahir dari semangat kolaborasi pentahelix yang melibatkan dunia usaha, pemerintah, akademisi, komunitas dan media. Di 2024, AUM telah menjangkau 425 UMKM di 9 provinsi, melibatkan 247 mahasiswa dari 164 perguruan tinggi, didampingi 173 mentor dan 27 perusahaan mitra," pungkasnya.
DIPERLUAS
Menurut Ronald, untuk 2025, program ini diperluas melalui berbagai inisiatif seperti sosialisasi Green Jobs dan Green UMKM, integrasi dengan Diplomat Success Challenge (DSC), eksplorasi ke e-katalog elektronik LKPP, serta sinergi dalam program Magang Berdampak dan PRIMA PTKI. Semua langkah ini bukan hanya upaya pendampingan, tetapi juga strategi konkret memperbesar skala usaha dan memperluas pasar UMKM agar berkelanjutan. AUM merupakan strategy clusterisasi pembangunan UMKM dari masing-masing DPP untuk membangun ekosistem UMKM yang terstruktur dan terukur.
“Ini adalah saatnya bagi UMKM untuk menjadi bagian penting dari peta ekonomi nasional yang baru. Melalui Apindo UMKM Expo dan Fair 2025, mari bangun jejaring, perluas peluang, dan jadi bagian dari sejarah kebangkitan UMKM Indonesia bersama Apindo," tambahnya.
JEMBATANI PELAKU USAHA
Ketua DPP Apindo Jawa Barat, Ning Wahyu Astutik mengatakan, Apindo Expo dan UMKM Fair bukan sekadar ajang pameran, tetapi merupakan platform strategis yang menjembatani kepentingan pelaku usaha, masyarakat dan pemerintah daerah.
Kegiatan ini memberikan ruang bagi UMKM untuk menunjukkan kualitas produk serta memperluas jaringan usaha, sekaligus mendorong keterlibatan aktif warga dalam pertumbuhan ekonomi daerah. Bagi pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, acara ini selaras dengan agenda strategis pembangunan ekonomi inklusif dan berkelanjutan.
Kolaborasi antara sektor swasta dan publik yang terjalin melalui kegiatan seperti ini mempercepat terciptanya lapangan kerja, pemberdayaan ekonomi masyarakat serta peningkatan daya saing UMKM lokal.
“Kami percaya bahwa kemajuan ekonomi harus dimulai dari level akar rumput. Karena itu, Apindo Expo dan UMKM Fair diharapkan menjadi contoh nyata bagaimana sinergi antara dunia usaha dan pemerintah dapat menghadirkan dampak positif yang dirasakan langsung oleh masyarakat," jelasnya. (E-2)