
PEMIMPIN otoritas Israel Benjamin Netanyahu tengah mempertimbangkan jalur militer untuk membebaskan para sandera Israel yang masih ditahan di Jalur Gaza. Demikian laporan stasiun televisi ABC, Senin (4/8), mengutip seorang pejabat Israel.
Karena belum menemukan solusi diplomatik, Netanyahu berencana memperluas operasi militer di Gaza di tengah kebuntuan dalam negosiasi dengan kelompok Palestina, Hamas.
"Karena itu, Perdana Menteri Netanyahu mendorong perluasan operasi militer guna membebaskan para sandera melalui solusi militer," ujar pejabat Israel tersebut sebagaimana dikutip ABC.
Menurut laporan, saat ini sekitar 20 sandera yang masih hidup masih ditahan oleh Hamas.
Sebelumnya, pada awal Agustus, surat kabar The Jerusalem Post melaporkan bahwa Israel dan Amerika Serikat diperkirakan memerlukan waktu berbulan-bulan untuk merancang kesepakatan baru dengan Hamas yang mengajukan syarat pembukaan akses ratusan truk bantuan ke Gaza sebagai prasyarat untuk melanjutkan perundingan dengan Israel.
Pada 7 Oktober 2023, Israel menjadi sasaran roket yang belum pernah terjadi dari Jalur Gaza. Setelah itu, militan Hamas menembus wilayah perbatasan, menembaki sasaran militer dan sipil, serta menyandera lebih dari 200 orang. Menurut otoritas Israel, sekitar 1.200 orang tewas dalam serangan tersebut.
Sebagai tanggapan, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) meluncurkan Operasi Pedang Besi yang mencakup serangan terhadap target-target sipil serta memberlakukan blokade total terhadap Jalur Gaza, termasuk penghentian pasokan air, listrik, bahan bakar, makanan, dan obat-obatan.
Pertempuran yang beberapa kali diselingi jeda gencatan senjata ini telah menewaskan lebih dari 60.000 warga Palestina dan sekitar 1.500 warga Israel, meluas ke Lebanon dan Yaman, serta memicu saling serang rudal antara Israel dan Iran. (Sputnik-OANA/Ant/I-2)